Skimlinks
oleh : Oesman Doblank
SEBENARNYA sih, kesempatan selalu ada. Bahkan, kapan pun tersedia. Namun, entah kapan aku bisa ngejitak si TOING. Yaa, aku selalu kepingin menjitak teman yang satu ini, karena menurutku TOING layak dijitak. Kubilang layak, karena satu satunya teman yang selalu mengutak ngatik kata ANDAIKATA, yaa... cuma dia. Itu sebabnya aku sebal dan kepingin banget menjitak si Toing. Tapi setiap ada kesempatan mengekpresikan sebalku pada si Toing, selalu ada cara yang dilakukan oleh si Toing sehingga setiap niat yang ingin kuaplikasikan, selalu gagal.
Mengapa aku sedemikian sebal pada Toing tapi aku tetap berkawan dengannya?
Sebenarnya, ini rahasia dan aku tak boleh mengungkapkan kejelekannya. Namun, karena aku harus menjelaskan agar pada tahu mengapa aku sebal pada si Toing, kali ini, dengan sangat terpaksa aku harus menjelaskan. Aku hanya berharap tak seorang pun yang menempatkan diriku sebagai sosok yang suka bergibah.
Terus terang... aku tak suka dan bahkan tak pernah suka ngerumpi. Karena bergibah atau ngerumpi sangat tidak diperbolehkan dan aku tak pernah ingin memakan bangkai saudaraku sendiri, maka kutempatkan penjelasanku ini sebagai alibi. Atau sebagai sesuatu yang bisa berarti alasan, argumen atau dasar dari aku merasa sering banget dibikin sebal sama si TOING.
Tiga hari lalu, misalnya, Toing mengemukakan pendapatnya. Dia bilang, ANDAIKATA koruptor diberantas dengan cara yang paling efektif, TOING yakin Indonesia akan bebas dari perbuatan korupsi dan para pejabat lebih suka mengabdi dengan ikhlas timbang jabatannya digunakan untuk menguras uang negara
Aku lantas menjawab, hidup itu tidak berkait apapun dengan Andaikata. Sebab, yang kita hadapi adalah hal nyata, sesuatu yang riil dan karena hidup itu realitas, maka hasratmu untuk berandaikata sangat tidak relevan dengan tindakan pidana yang dilakukan oleh para koruptor
Eeeh, si TOING malah ngotot.
"Lhoo..andaikata itu sangat mengandung unsur harapan yang sangat tinggi. Soalnya, yang bisa diandai-katakan, bukan hanya tindak pidana korupsi. Andaikata para hakim berani menerapkan hukum berdasarkan undang undang yang ada dan andaikata tidak selalu memvonis dengan hukuman ringan, kan semuanya jadi beres, ujarnya. Rakyat bahagia karena Indonesia bebas korupsi dan KPK boleh berganti nama dengan Komisi Pengawas Niat Korupsi.
Nah, andaikata hal itu terjadi, tak ada lagi keluarga yang malu karena ayah atau ibu atau anaknya yang punya jabatan tinggi, ditangkap KPK karena telah meraup milyaran uang negara untuk kepentingan pribadinya"
Aku, tentu saja tidak mau kalah dan malas mengalah.
" Toing... Toing... yang kita perlukan bukan andaikata. Tapi, bagaimana setiap anak bangsa bersikap tegas, konsisten dan konsekwen untuk melaksanakan amanah, dengan sebaik baiknya "
" Aku mengerti," sahut Toing. Cuma, lanjut dia dengan gayanya yang khas, yaitu, mengerak gerakkan kedua tangannya ke sana kemari.
" Tapi, andaikata amanah itu tidak dilaksanakan, bagaimana mungkin kita tidak harus berandaikata jika meskipun sudah janji, sudah disumpah tapi tetap saja melakukan hal yang menyengsarakan rakyat"
Saat itu, sebenarnya, kepingin banget aku menjitak si Toing, karena selalu memunculkan andaikata meski aku yakin dia tahu, kata itu bisa dan dengan mudah diganti dengan misalkan, umpama atau kalau perlu dengan kata jikalau.
Tapi, Toing tetap dengan andaikatanya. Dan, aku hanya mengusap dada saat dia yang seminggu silam ngutang setengah juta rupiah untuk traktir pacarnya nonton, baru dua hari berselang sudah melunasi hutangnya. Padahal, dia berjanji, baru seminggu kemudian akan membayar
" Andaikata seminggu berselang aku tak bisa membayar, boleh dong andaikata mundur jadi dua minggu," janji Toing ketika itu.
Lalu, mengapa baru dua hari dia sudah melunasi hutangnya? Toing malah mengkonter ketidak setujuanku yang hanya siap menerima pembayaran hutang dari TOING jika tepat waktu.
"Andaikata sekarang aku sudah punya uang, apa salahnya kalau hutang kulunasi. Coba, andaikata pas jatuh tempo aku tidak punya uang, kau pasti akan bilang, gayaku seperti pejabat karena suka ingkar janji. Iya, kan?" Toing malah bersikokoh
Aku tak mengiyakan pendapat Toing. Dia protes dan bilang," Memangnya andaikata malah hutang tak aku bayar, memang kamu siap jadi dermawan"
Aku tak bisa menjawab. Sebab, bingung. Gimana nggak bingung? Uangku masih banyak dan belum bisa kugunakan. Kalau kuterima niat Toing membayar utangnya, tentu jumlah uangku akan bertambah banyak.
Yang sekarang ada saja tidak kugunakan, lalu bagaimana menggunakannya jika uangku bertambah karena TOING melunasi hutangnya lebih cepat dari yang ia jadwalkan.
Tapi, yang jelas, aku tetap sebal dan kepingin ngejitak si Toing karena dia selalu mengungkapkan sesuatu dengan ANDAIKATA.
oleh : Oesman Doblank
SEBENARNYA sih, kesempatan selalu ada. Bahkan, kapan pun tersedia. Namun, entah kapan aku bisa ngejitak si TOING. Yaa, aku selalu kepingin menjitak teman yang satu ini, karena menurutku TOING layak dijitak. Kubilang layak, karena satu satunya teman yang selalu mengutak ngatik kata ANDAIKATA, yaa... cuma dia. Itu sebabnya aku sebal dan kepingin banget menjitak si Toing. Tapi setiap ada kesempatan mengekpresikan sebalku pada si Toing, selalu ada cara yang dilakukan oleh si Toing sehingga setiap niat yang ingin kuaplikasikan, selalu gagal.
Mengapa aku sedemikian sebal pada Toing tapi aku tetap berkawan dengannya?
Sebenarnya, ini rahasia dan aku tak boleh mengungkapkan kejelekannya. Namun, karena aku harus menjelaskan agar pada tahu mengapa aku sebal pada si Toing, kali ini, dengan sangat terpaksa aku harus menjelaskan. Aku hanya berharap tak seorang pun yang menempatkan diriku sebagai sosok yang suka bergibah.
Terus terang... aku tak suka dan bahkan tak pernah suka ngerumpi. Karena bergibah atau ngerumpi sangat tidak diperbolehkan dan aku tak pernah ingin memakan bangkai saudaraku sendiri, maka kutempatkan penjelasanku ini sebagai alibi. Atau sebagai sesuatu yang bisa berarti alasan, argumen atau dasar dari aku merasa sering banget dibikin sebal sama si TOING.
Tiga hari lalu, misalnya, Toing mengemukakan pendapatnya. Dia bilang, ANDAIKATA koruptor diberantas dengan cara yang paling efektif, TOING yakin Indonesia akan bebas dari perbuatan korupsi dan para pejabat lebih suka mengabdi dengan ikhlas timbang jabatannya digunakan untuk menguras uang negara
Aku lantas menjawab, hidup itu tidak berkait apapun dengan Andaikata. Sebab, yang kita hadapi adalah hal nyata, sesuatu yang riil dan karena hidup itu realitas, maka hasratmu untuk berandaikata sangat tidak relevan dengan tindakan pidana yang dilakukan oleh para koruptor
Eeeh, si TOING malah ngotot.
"Lhoo..andaikata itu sangat mengandung unsur harapan yang sangat tinggi. Soalnya, yang bisa diandai-katakan, bukan hanya tindak pidana korupsi. Andaikata para hakim berani menerapkan hukum berdasarkan undang undang yang ada dan andaikata tidak selalu memvonis dengan hukuman ringan, kan semuanya jadi beres, ujarnya. Rakyat bahagia karena Indonesia bebas korupsi dan KPK boleh berganti nama dengan Komisi Pengawas Niat Korupsi.
Nah, andaikata hal itu terjadi, tak ada lagi keluarga yang malu karena ayah atau ibu atau anaknya yang punya jabatan tinggi, ditangkap KPK karena telah meraup milyaran uang negara untuk kepentingan pribadinya"
Aku, tentu saja tidak mau kalah dan malas mengalah.
" Toing... Toing... yang kita perlukan bukan andaikata. Tapi, bagaimana setiap anak bangsa bersikap tegas, konsisten dan konsekwen untuk melaksanakan amanah, dengan sebaik baiknya "
" Aku mengerti," sahut Toing. Cuma, lanjut dia dengan gayanya yang khas, yaitu, mengerak gerakkan kedua tangannya ke sana kemari.
" Tapi, andaikata amanah itu tidak dilaksanakan, bagaimana mungkin kita tidak harus berandaikata jika meskipun sudah janji, sudah disumpah tapi tetap saja melakukan hal yang menyengsarakan rakyat"
Saat itu, sebenarnya, kepingin banget aku menjitak si Toing, karena selalu memunculkan andaikata meski aku yakin dia tahu, kata itu bisa dan dengan mudah diganti dengan misalkan, umpama atau kalau perlu dengan kata jikalau.
Tapi, Toing tetap dengan andaikatanya. Dan, aku hanya mengusap dada saat dia yang seminggu silam ngutang setengah juta rupiah untuk traktir pacarnya nonton, baru dua hari berselang sudah melunasi hutangnya. Padahal, dia berjanji, baru seminggu kemudian akan membayar
" Andaikata seminggu berselang aku tak bisa membayar, boleh dong andaikata mundur jadi dua minggu," janji Toing ketika itu.
Lalu, mengapa baru dua hari dia sudah melunasi hutangnya? Toing malah mengkonter ketidak setujuanku yang hanya siap menerima pembayaran hutang dari TOING jika tepat waktu.
"Andaikata sekarang aku sudah punya uang, apa salahnya kalau hutang kulunasi. Coba, andaikata pas jatuh tempo aku tidak punya uang, kau pasti akan bilang, gayaku seperti pejabat karena suka ingkar janji. Iya, kan?" Toing malah bersikokoh
Aku tak mengiyakan pendapat Toing. Dia protes dan bilang," Memangnya andaikata malah hutang tak aku bayar, memang kamu siap jadi dermawan"
Aku tak bisa menjawab. Sebab, bingung. Gimana nggak bingung? Uangku masih banyak dan belum bisa kugunakan. Kalau kuterima niat Toing membayar utangnya, tentu jumlah uangku akan bertambah banyak.
Yang sekarang ada saja tidak kugunakan, lalu bagaimana menggunakannya jika uangku bertambah karena TOING melunasi hutangnya lebih cepat dari yang ia jadwalkan.
Tapi, yang jelas, aku tetap sebal dan kepingin ngejitak si Toing karena dia selalu mengungkapkan sesuatu dengan ANDAIKATA.
0 komentar:
Posting Komentar