RIBET... Menyulitkan....
Begitu kesan yang mencuat ke permukaan bagi siapa saja yang ingin menuju ke jalan kebaikan. Bisa demikian, lantaran menuju ke arah itu bukan susah susah gampang. Tapi malah sudah susah eh sangat menyulitkan. Tak heran jika makin banyak yang lebih suka dan juga hobi, untuk melenggang di jalan keburukan.
Pesona dan pengaruh duniawi, memang sedemikian mudah menjinakkan jiwa yang dikendalikan oleh hawa nafsu, sehingga menuju jalan kebaikan lebih diemohi sedangkan menuju jalan keburukan malah dipilih atau terpilih menjadi aktivitas sehari hari yang paling diingini dan sangat disukai.
Mengapa?
Karena yang terlihat nyata dan kasat mata, adalah dunia yang jauh lebih realistis. Sangat jelas, kelihatan dan janji janji nikmatnya yang dipersembahkan bisa langsung didapatkan. Mengingat yang nyata nyata terlihat adalah keindahan yang sedemikian mempesona, keindahan yang dengan begitu mudah didapatkan oleh manusia, membuat begitu banyak manusia yang sengaja atau sengaja malah tak peduli pada hari nanti.
Sebab, hari nanti atau hari akhirat meski dianggap - bahkan diyakini , ada tapi tidak lebih menarik dari duniawi yang kapan pun, bisa diraih dan langsung bisa dinikmati.
Dan duniawi yang nampak jelas di pelupuk mata, tak saja menjanjikan keindahan dan kemewahan. Tapi sekaligus memberi bukti, betapa pesona yang ditimbulkan membuat manusia terlena, dan meski disadari begitu mudah melalaikan, namun seolah olah seperti tak pernah mau memberi inspirasi kepada individu untuk meninggalkan jalan selain kebaikan karena jalan kebaikan tetap dianggap tak memberi banyak nikmat dan malah tak jarang yang menganggap hanya sebuah jalan yang menyulitkan dan di dalamnya hanya ada hal yang membosankan
Tak heran jika peredaran narkoba makin marak dan jumlah penggunanya makin meningkat. Dan yang mengherankan, meski sudah mengetahui narkoba membahayakan keselamatan jiwa disamping korban narkoba sudah semakin banyak, malah tertarik untuk ikut menikmati, dengan alasan agar disebut gaul atau alasan lain yang akhirnya hanya bisa menyesal setelah terlanjur ketagihan.
Pun budaya korupsi. tak hanya semakin merebak. Tapi sekaligus kian menggurita. Dan sepertinya semakin sulit diberantas, mengingat kebanyakan pelaku korupsi adalah eksekutif dan legislatif. Dalam Pemilu legislatif yang baru berlangsung, soal besarnya biaya kampanye mengindikasikan betapa cikal bakal korupsi bermunculan, karena setelah terpilih yang kemudian dipikirkan adalah mengembalikan modal, dan bukan membuat masyarakat sejahtera dalam waktu secepatnya. Itu sebabnya, juga banyak caleg yang lantas stress setelah tak terpilih, lantaran dengan tidak terpilih sangat tidak mungkin bisa mengembalikan modal untuk kampanye yang ratusan juta sampai milyaran.
Meski begitu, harus tetap yakin, bahwa manusia yang diam diam atau terang terangan berusaha mengatasi kesulitan agar dapat mengayunkan langkah menuju jalan kebaikan, juga banyak. Hanya, fenomenanya memang tak mencuat ke permukaan. Sebab, yang kerap memfenomena adalah ulah dari manusia yang berprilaku buruk, dan keburukannya diberitakan dengan gencar oleh media cetak dan media elektronik.
Begitu kesan yang mencuat ke permukaan bagi siapa saja yang ingin menuju ke jalan kebaikan. Bisa demikian, lantaran menuju ke arah itu bukan susah susah gampang. Tapi malah sudah susah eh sangat menyulitkan. Tak heran jika makin banyak yang lebih suka dan juga hobi, untuk melenggang di jalan keburukan.
Pesona dan pengaruh duniawi, memang sedemikian mudah menjinakkan jiwa yang dikendalikan oleh hawa nafsu, sehingga menuju jalan kebaikan lebih diemohi sedangkan menuju jalan keburukan malah dipilih atau terpilih menjadi aktivitas sehari hari yang paling diingini dan sangat disukai.
Mengapa?
Karena yang terlihat nyata dan kasat mata, adalah dunia yang jauh lebih realistis. Sangat jelas, kelihatan dan janji janji nikmatnya yang dipersembahkan bisa langsung didapatkan. Mengingat yang nyata nyata terlihat adalah keindahan yang sedemikian mempesona, keindahan yang dengan begitu mudah didapatkan oleh manusia, membuat begitu banyak manusia yang sengaja atau sengaja malah tak peduli pada hari nanti.
Sebab, hari nanti atau hari akhirat meski dianggap - bahkan diyakini , ada tapi tidak lebih menarik dari duniawi yang kapan pun, bisa diraih dan langsung bisa dinikmati.
Dan duniawi yang nampak jelas di pelupuk mata, tak saja menjanjikan keindahan dan kemewahan. Tapi sekaligus memberi bukti, betapa pesona yang ditimbulkan membuat manusia terlena, dan meski disadari begitu mudah melalaikan, namun seolah olah seperti tak pernah mau memberi inspirasi kepada individu untuk meninggalkan jalan selain kebaikan karena jalan kebaikan tetap dianggap tak memberi banyak nikmat dan malah tak jarang yang menganggap hanya sebuah jalan yang menyulitkan dan di dalamnya hanya ada hal yang membosankan
Tak heran jika peredaran narkoba makin marak dan jumlah penggunanya makin meningkat. Dan yang mengherankan, meski sudah mengetahui narkoba membahayakan keselamatan jiwa disamping korban narkoba sudah semakin banyak, malah tertarik untuk ikut menikmati, dengan alasan agar disebut gaul atau alasan lain yang akhirnya hanya bisa menyesal setelah terlanjur ketagihan.
Pun budaya korupsi. tak hanya semakin merebak. Tapi sekaligus kian menggurita. Dan sepertinya semakin sulit diberantas, mengingat kebanyakan pelaku korupsi adalah eksekutif dan legislatif. Dalam Pemilu legislatif yang baru berlangsung, soal besarnya biaya kampanye mengindikasikan betapa cikal bakal korupsi bermunculan, karena setelah terpilih yang kemudian dipikirkan adalah mengembalikan modal, dan bukan membuat masyarakat sejahtera dalam waktu secepatnya. Itu sebabnya, juga banyak caleg yang lantas stress setelah tak terpilih, lantaran dengan tidak terpilih sangat tidak mungkin bisa mengembalikan modal untuk kampanye yang ratusan juta sampai milyaran.
Meski begitu, harus tetap yakin, bahwa manusia yang diam diam atau terang terangan berusaha mengatasi kesulitan agar dapat mengayunkan langkah menuju jalan kebaikan, juga banyak. Hanya, fenomenanya memang tak mencuat ke permukaan. Sebab, yang kerap memfenomena adalah ulah dari manusia yang berprilaku buruk, dan keburukannya diberitakan dengan gencar oleh media cetak dan media elektronik.