oleh : Oesman Doank
PERHATIAN siapapun akan terpusat ke Pilpres saat waktu sampai ke tahun 2014. Tanda tanda Pilpres akan benar benar jadi pusat perhatian, makin terasa dan survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga membuat siapa saja jadi terpancing dan ingin mengetahui siapa gerangan sosok yang menurut hasil survey ditempatkan sebagai calon kuat yang akan melenggang ke Istana, menjadi orang nomor satu Indonesia
Berangkat dari hasil survey, suka tidak suka, pro atau kontra, kita melihat hasilnya. Dan, boleh jadi ada yang terkaget kaget atau malah sekalian pingsan, ada yang biasa biasa saja, ada yang cuma senyum dan juga ada yang merasa bergembira. Kondisi itu, tentu saja tergantung dari mereka melihat, mengapresiasi dan menaruh harapan besar (bisa kecil) karena selama ini, memang belum ada Presiden Indonesia yang mampu menandingi kharisma Bung Karno.
Padahal, sosok Soekarno selalu diidentifikasi sebagai negarawan. Tapi, jejak kenegarawanannya malah sama sekali tidak diikuti oleh para penggantinya. Entah mengapa, yang bisa ditauladani dari Soekarno dalam memimpin bangsa dan sebagai negerawan berkelas dunia, malah tidak ditauladani. Tak heran jika rakyat merasa tak ikhlas untuk menyatakan puas karena penerus kepresidenan, meski memang berhak menampilkan gaya kepemimpinannya, namun rakyat merasa lebih berhak untuk tidak puas atas kinerja dan kemampuannya dalam mensejahterakan rakyat.
Akankah sosok yang disebut oleh lembaga survey sebagai calon kuat yang di 2014 akan menduduki istana, akhirnya bakal tampil sebagai negarawan yang mampu menyesuaikan diri dengan zaman dan juga dengan keinginan masyarakat, yang ingin sejahtera (tidak lapar, tidak digusur, tidak dilecehkan oleh hukum, tidak menganggur dan tidak jenis lainnya)?
Jika dilihat dari penampilannya yang malah lebih kepingin sederhana, merakyat dan malah seperti rakyat biasa karena tidak ingin formil formilan, maka yang terbaca dari kesederhanaannya adalah memiliki niat yang ikhlas untuk mengabdi dan kalau TUHAN mengijinkannya jadi presiden, sepertinya, karakternya tak bakal berubah. Artinya, meski tampilannya 'ndeso tapi kinerja dan pola pikirnya jauh ke depan, langkahnya pun jelas, langkah pengabdian, dan yang ingin dibuktikan adalah dirinya harus berguna dan banyak memberi manfaat untuk negerinya yang jumlahnya sudah ratusan juta.
Jika dilihat dari gaya kepemimpinannya, membuat siapapun sulit menerka karena yang kemudian sering dilakukan adalah membuktikan jika dirinya bukan jabatan tapi jabatannya dijadikan jalan dan benar benar digunakan untuk memperjuangkan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Salah satu contoh nyata, kemana pun dia melangkah tak ramai oleh pengawalan. Tak macet oleh ulah para petugas, yang jika ada pejabat kepingin lewat sangat sibuk menyetop kendaraan rakyat karena jalan yang akan dilalui harus sudah kosong
Padahal, di saat bersamaan sang pejabat masih ngopi di rumah atau di kantornya. Dan di jalan yang akan dilalui oleh sang pejabat, jadi sedemikian lengang. Tapi, di jalan sebelahnya kemacetan malah berantai karena semua kendaraan tak bisa bergerak, menunggu si Komo mau lewat.
Sang calon kuat, agaknya tak ingin atau memang alergi dengan istilah si komo mau lewat. Dan jika akhirnya dia duduk di istana, bukan hanya istilah si Komo yang mau lewat yang makin terkubur. Hal lain yang memperlihatkan kearoganan pejabat yang sebenarnya tak ingin dekat dengan rakyatnya, juga tidak akan pernah muncul, karena dia sadar berasa; dari rakyat dan pengabdiannya pun bukan untuk jabatan dan untuk para koleganya yang pejabat. Tapi, justeru semata mata untuk rakyat.
Rakyat memang menginginkan sosok Presiden yang demikian. Sebab, Presiden yang bisa dan biasa mendekat ke rakyat dengan ikhlas dan tanpa membentengi diri dengan jabatannya, masih merupakan harapan, mengingat presiden sebelumnya sangat sulit membuktikan janji janjinya yang sebelum menjabat sangat hebat dalam menghembuskan angin surga
Lalu, siapa gerangan sosok yang oleh lembaga survey ditemnpatkan sebagai calon yang memiliki elektabiltas tinggi ? Kayaknya, bukan mereka yang malah kerap bernafsu dan lewat berkampanye (baik secara nyata atau terselubung) mengatakan ini dan itu serta anu dan begini dan begitu, tapi nyatanya, elektabilitasnya di bawah sosok calon kuat yang malah tak terlihat kepingin mencalonkan diri sebagai presiden.
Dari sini, kita semua melihat, bahwa calon pemimpin 2014 terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah yang sama sekali tak berambisi, tidak kepingin, tidak membuat statemen yang bisa memakmurkan rakyat dan tidak mengklaim sebagai sosok yang mampu mengubah Indonesia mampu melunasi hutangnya dalam waktu singkat dan mampu mensejahterakan rakyat.
Sedangkan yang kedua adalah mereka yang dengan sengaja atau malah terencana, pamerkan diri sebagai calon hebat atau menghebatkan diri, yang lewat orasi, lewat pamplet dan lewat baliho, menyusun kalimat yang mudah dibuat sebagai figur calon yang memiliki kemampuan diri tapi dari jauh hari sudah start untuk ikuti lomba ngudak ngudak jabatan tertinggi di Indonesia.
Lalu, saya hanya mengajukan tanya pada diri sendiri, DIAKAH PRESIDEN RI 2014 - 2019? Jika anda dengan lantang menjawab, yang dimaksud itu adalah JOKOWI, saya sangat yakin jawaban anda jauh dari keliru.
Skimlinks
PERHATIAN siapapun akan terpusat ke Pilpres saat waktu sampai ke tahun 2014. Tanda tanda Pilpres akan benar benar jadi pusat perhatian, makin terasa dan survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga membuat siapa saja jadi terpancing dan ingin mengetahui siapa gerangan sosok yang menurut hasil survey ditempatkan sebagai calon kuat yang akan melenggang ke Istana, menjadi orang nomor satu Indonesia
Berangkat dari hasil survey, suka tidak suka, pro atau kontra, kita melihat hasilnya. Dan, boleh jadi ada yang terkaget kaget atau malah sekalian pingsan, ada yang biasa biasa saja, ada yang cuma senyum dan juga ada yang merasa bergembira. Kondisi itu, tentu saja tergantung dari mereka melihat, mengapresiasi dan menaruh harapan besar (bisa kecil) karena selama ini, memang belum ada Presiden Indonesia yang mampu menandingi kharisma Bung Karno.
Padahal, sosok Soekarno selalu diidentifikasi sebagai negarawan. Tapi, jejak kenegarawanannya malah sama sekali tidak diikuti oleh para penggantinya. Entah mengapa, yang bisa ditauladani dari Soekarno dalam memimpin bangsa dan sebagai negerawan berkelas dunia, malah tidak ditauladani. Tak heran jika rakyat merasa tak ikhlas untuk menyatakan puas karena penerus kepresidenan, meski memang berhak menampilkan gaya kepemimpinannya, namun rakyat merasa lebih berhak untuk tidak puas atas kinerja dan kemampuannya dalam mensejahterakan rakyat.
Akankah sosok yang disebut oleh lembaga survey sebagai calon kuat yang di 2014 akan menduduki istana, akhirnya bakal tampil sebagai negarawan yang mampu menyesuaikan diri dengan zaman dan juga dengan keinginan masyarakat, yang ingin sejahtera (tidak lapar, tidak digusur, tidak dilecehkan oleh hukum, tidak menganggur dan tidak jenis lainnya)?
Jika dilihat dari penampilannya yang malah lebih kepingin sederhana, merakyat dan malah seperti rakyat biasa karena tidak ingin formil formilan, maka yang terbaca dari kesederhanaannya adalah memiliki niat yang ikhlas untuk mengabdi dan kalau TUHAN mengijinkannya jadi presiden, sepertinya, karakternya tak bakal berubah. Artinya, meski tampilannya 'ndeso tapi kinerja dan pola pikirnya jauh ke depan, langkahnya pun jelas, langkah pengabdian, dan yang ingin dibuktikan adalah dirinya harus berguna dan banyak memberi manfaat untuk negerinya yang jumlahnya sudah ratusan juta.
Jika dilihat dari gaya kepemimpinannya, membuat siapapun sulit menerka karena yang kemudian sering dilakukan adalah membuktikan jika dirinya bukan jabatan tapi jabatannya dijadikan jalan dan benar benar digunakan untuk memperjuangkan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Salah satu contoh nyata, kemana pun dia melangkah tak ramai oleh pengawalan. Tak macet oleh ulah para petugas, yang jika ada pejabat kepingin lewat sangat sibuk menyetop kendaraan rakyat karena jalan yang akan dilalui harus sudah kosong
Padahal, di saat bersamaan sang pejabat masih ngopi di rumah atau di kantornya. Dan di jalan yang akan dilalui oleh sang pejabat, jadi sedemikian lengang. Tapi, di jalan sebelahnya kemacetan malah berantai karena semua kendaraan tak bisa bergerak, menunggu si Komo mau lewat.
Sang calon kuat, agaknya tak ingin atau memang alergi dengan istilah si komo mau lewat. Dan jika akhirnya dia duduk di istana, bukan hanya istilah si Komo yang mau lewat yang makin terkubur. Hal lain yang memperlihatkan kearoganan pejabat yang sebenarnya tak ingin dekat dengan rakyatnya, juga tidak akan pernah muncul, karena dia sadar berasa; dari rakyat dan pengabdiannya pun bukan untuk jabatan dan untuk para koleganya yang pejabat. Tapi, justeru semata mata untuk rakyat.
Rakyat memang menginginkan sosok Presiden yang demikian. Sebab, Presiden yang bisa dan biasa mendekat ke rakyat dengan ikhlas dan tanpa membentengi diri dengan jabatannya, masih merupakan harapan, mengingat presiden sebelumnya sangat sulit membuktikan janji janjinya yang sebelum menjabat sangat hebat dalam menghembuskan angin surga
Lalu, siapa gerangan sosok yang oleh lembaga survey ditemnpatkan sebagai calon yang memiliki elektabiltas tinggi ? Kayaknya, bukan mereka yang malah kerap bernafsu dan lewat berkampanye (baik secara nyata atau terselubung) mengatakan ini dan itu serta anu dan begini dan begitu, tapi nyatanya, elektabilitasnya di bawah sosok calon kuat yang malah tak terlihat kepingin mencalonkan diri sebagai presiden.
Dari sini, kita semua melihat, bahwa calon pemimpin 2014 terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah yang sama sekali tak berambisi, tidak kepingin, tidak membuat statemen yang bisa memakmurkan rakyat dan tidak mengklaim sebagai sosok yang mampu mengubah Indonesia mampu melunasi hutangnya dalam waktu singkat dan mampu mensejahterakan rakyat.
Sedangkan yang kedua adalah mereka yang dengan sengaja atau malah terencana, pamerkan diri sebagai calon hebat atau menghebatkan diri, yang lewat orasi, lewat pamplet dan lewat baliho, menyusun kalimat yang mudah dibuat sebagai figur calon yang memiliki kemampuan diri tapi dari jauh hari sudah start untuk ikuti lomba ngudak ngudak jabatan tertinggi di Indonesia.
Lalu, saya hanya mengajukan tanya pada diri sendiri, DIAKAH PRESIDEN RI 2014 - 2019? Jika anda dengan lantang menjawab, yang dimaksud itu adalah JOKOWI, saya sangat yakin jawaban anda jauh dari keliru.
Skimlinks
0 komentar:
Posting Komentar