oleh : Oesman Doank
MARKUM sama sekali tidak menyalahkan isterinya yang waktu arisan dan ketemu satpam kasih informasi bakal mudik. Sebab, memang mereka berencana akan mudik, seperti lebaran tahun sebelumnya. Hanya, Markum terpaksa mengambil keputusan untuk membatalkan rencananya karena kalo dia mudik, di kampung nggak bisa berbuat banyak.
Maklum, dokunya cekak.
Kalo dokunya yang cekak dipake mudik, di kampung halaman tidak akan bisa memberi sanak saudara. Sebab, lebih dahulu habis buat ongkos. Setelah pusing memikirkan antara mau mudik tapi doku cekak kalo gak mudik, dia juga kangen sama keuarga - sama nyokapnya yang sendirian, akhirnya Markum ngebel nyokapnya dan menjelaskan kalau dia batal pulang kampung
"Kenapa rencana kamu yang baik dibatalkan," tanya ibunya, yang dari nadanya jelas kecewa
"Bu... keuangan saya cekak. Kalau mudik, nggak bisa memberi ibu uang lebaran," kilah Markum
"Lhooo... yang penting, di waktu lebaran bukan itu, Kum. Tapi kehadiran kamu dan anak isteri kamu," tandas ibunya.
Markum paham. Malah mahfum kalau nyokapnya memang tidak berharap banyak dari anak. Hanya, Markum juga paham, kalau nyokapnya yang sejak ditinggal wafat oleh ayahnya hanya bekerja sebagai buruh tani, tentu akan kerepotan jika Markum pulang tanpa bawa bekal yang cukup.
Markum lantas menjelaskan, dirinya sengaja tidak pulang karena ia ingin nyokapnya bisa berlebaran dengan agak leluasa. Artinya, kata Markum, timbang uangnya habis untuk biaya transport, lebih baik dikirim olehnya untuk bekal nyokap berlebaran.
"Bukankah ibu memerlukan uang untuk berlebaran ? " Kata Markum
AKhirnya, sang nyokap memahami maksud dan niat yang benar dari anaknya, yang lebih baik memanfaatkan uangnya yang cekak untuk biaya berlebaran nyokapnya, timbang Markum dan keluarga pulang dengan duit cekak tapi di kampung halaman merepotkan nyokapnya.
" Kalau ibu setuju, nanti uangnya saya titipkan ke tetangga kita yang katanya akan pulang kampung. Meski begitu, tolong doakan saya agar setelah Lebaran kami dan sekuluarga bisa mudik, dan Insya Allah, saya akan belikan ibu seekor sapi, karena jika Allah memberi berkah kepada saya dan keluarga di sini, saya berhak atas komisi dari kantor yang akan membayar pembelian tanah untuk gudang" tandas Markum
Nyokap Markum yang sudah mendengar alasan putranya tak lagi memaksa agar Markum harus pulang kampung. Juga tak merasa bersedih, setelah Markum juga menjelaskan bahwa mereka tetap bisa bersilaturahmi, lewat alat canggih yang saat ini sedang mereka gunakan untuk berkomunikasi.
" Yaa... ibu sekarang mengerti karena meski kita tak bertatapan tapi tetap bisa menjalin komunikasi, baik pagi, siang atau malam kita bisa bersilaturahim dari jarak jauh. Hanya, jangan lupa, jika bisnis kamu gol dan hasilnya sudah jelas, harap jangan tunda tunda lagi rencana kamu untuk pulang kampung. sebab, ibu rindu sama cucu ibu," ujar sang ibu yang dapat meredam sedihnya setelah sang putra mengemukakan alasan yang dapat ia terima dengan dada lapang.
MARKUM sama sekali tidak menyalahkan isterinya yang waktu arisan dan ketemu satpam kasih informasi bakal mudik. Sebab, memang mereka berencana akan mudik, seperti lebaran tahun sebelumnya. Hanya, Markum terpaksa mengambil keputusan untuk membatalkan rencananya karena kalo dia mudik, di kampung nggak bisa berbuat banyak.
Maklum, dokunya cekak.
Kalo dokunya yang cekak dipake mudik, di kampung halaman tidak akan bisa memberi sanak saudara. Sebab, lebih dahulu habis buat ongkos. Setelah pusing memikirkan antara mau mudik tapi doku cekak kalo gak mudik, dia juga kangen sama keuarga - sama nyokapnya yang sendirian, akhirnya Markum ngebel nyokapnya dan menjelaskan kalau dia batal pulang kampung
"Kenapa rencana kamu yang baik dibatalkan," tanya ibunya, yang dari nadanya jelas kecewa
"Bu... keuangan saya cekak. Kalau mudik, nggak bisa memberi ibu uang lebaran," kilah Markum
"Lhooo... yang penting, di waktu lebaran bukan itu, Kum. Tapi kehadiran kamu dan anak isteri kamu," tandas ibunya.
Markum paham. Malah mahfum kalau nyokapnya memang tidak berharap banyak dari anak. Hanya, Markum juga paham, kalau nyokapnya yang sejak ditinggal wafat oleh ayahnya hanya bekerja sebagai buruh tani, tentu akan kerepotan jika Markum pulang tanpa bawa bekal yang cukup.
Markum lantas menjelaskan, dirinya sengaja tidak pulang karena ia ingin nyokapnya bisa berlebaran dengan agak leluasa. Artinya, kata Markum, timbang uangnya habis untuk biaya transport, lebih baik dikirim olehnya untuk bekal nyokap berlebaran.
"Bukankah ibu memerlukan uang untuk berlebaran ? " Kata Markum
AKhirnya, sang nyokap memahami maksud dan niat yang benar dari anaknya, yang lebih baik memanfaatkan uangnya yang cekak untuk biaya berlebaran nyokapnya, timbang Markum dan keluarga pulang dengan duit cekak tapi di kampung halaman merepotkan nyokapnya.
" Kalau ibu setuju, nanti uangnya saya titipkan ke tetangga kita yang katanya akan pulang kampung. Meski begitu, tolong doakan saya agar setelah Lebaran kami dan sekuluarga bisa mudik, dan Insya Allah, saya akan belikan ibu seekor sapi, karena jika Allah memberi berkah kepada saya dan keluarga di sini, saya berhak atas komisi dari kantor yang akan membayar pembelian tanah untuk gudang" tandas Markum
Nyokap Markum yang sudah mendengar alasan putranya tak lagi memaksa agar Markum harus pulang kampung. Juga tak merasa bersedih, setelah Markum juga menjelaskan bahwa mereka tetap bisa bersilaturahmi, lewat alat canggih yang saat ini sedang mereka gunakan untuk berkomunikasi.
" Yaa... ibu sekarang mengerti karena meski kita tak bertatapan tapi tetap bisa menjalin komunikasi, baik pagi, siang atau malam kita bisa bersilaturahim dari jarak jauh. Hanya, jangan lupa, jika bisnis kamu gol dan hasilnya sudah jelas, harap jangan tunda tunda lagi rencana kamu untuk pulang kampung. sebab, ibu rindu sama cucu ibu," ujar sang ibu yang dapat meredam sedihnya setelah sang putra mengemukakan alasan yang dapat ia terima dengan dada lapang.
0 komentar:
Posting Komentar