oleh : Oesman Doank
Padahal, dunia hanya tempat singgah sejenak. Tempat tinggal sesaat. Tempat di mana di dalamnya hanya ada kesementaraan dan jauh dari keabadian. Tapi, kenapa kok banyak yang mengira dan malah menganggap sebagai tempat yang paling tepat untuk menghambur hamburkan hawa nafsu?
Dunia dikejar dan dalam memburu seperti tak mau tertinggal. Tak mau kalah dengan tetangga atau teman atau orang lain yang dinilai kok dia bisa lalu kenapa aku tak bisa. Karena dunia malah dianggap sebagai ladang untuk menanam aneka jenis hawa nafsu, yang kemudian dikejar bukan lagi waktu yang bisa dimanfaatkan untuk ibadah.
Malah, para pemburu jabatan lebih rela kehilangan banyak uang asalkan tujuan mendapat jabatan dapat direalisasikan. Padahal, kalau uang yang begitu banyak digunakan untuk bersedekah, dengan segenap ketulusan dan jika perlu tak ada yang tahu kalau sangat rajin membantu fakir miskin, menyantuni anak yatim dan membantu saudara sendiri yang kurang mampu, wow ! Alangkah hebatnya. Alangkah banyak manfaat yang didapat, karena uang sebanyak itu digunakan untuk sedekah.
Dan, secara nyata memang uang sebanyak itu habis.
Tapi hikmahnya, siapa saja yang banyak menghabiskan biaya untuk bersedekah dengan ikhlas, dipastikan memiliki tabungan yang kelak dapat digunakan untuk menikmati hidup abadi. sebab, uang yang habis digunakan, di saat yang lain, menjadi sahabat paling sejati. sahabat yang selalu membela kita dihadapan ALLAH SUBHANALLAH TAALA
Hanya, daya tarik dunia memang sedemikiajn hebat.
Saking hebatnya, banyak yang malah ikutan lomba korupsi.
Nyolong uang rakyat yang dikelola negara, malah dianggap hebat karena uang yang bukan milik pribadi dijadikan sebagai milik pribadi, dan dimanfaatkan untuk membiayai berbagai kebutuhan yang bukan kebutuhan utama, melainkan kebutuhan memenuhi hawa nafsu.
Saat korupsi, yang dipikir bukan bagaimana jika akhirnya tertangkap oleh KPK. Mengapa? Karena ketika uang menggoda dan yang digoda malah terpikat dan memang kepingin punya banyak uang agar disebut kaya, sukses, terhormat dan bermartabat, maka terjadilah pencurian di area kekuasaan, dan yang mencuri milayar bukan cleaning service. Tapi, yang punya wewenang untuk mengeluarkan dan mengambil uang.
Memang, pesona dunia hebat dan sanggup memabukkan.
Karena terpikat, barang terlarang bukan disembunyikan atau dimusnahkan malah diedarkan dan dijual, tanpa memikirkan bagaimana nasib mereka yang menikmati narkoba. Sepertinya, jika akhirnya orang lain yang membeli dan menggunakan jadi kecanduan, sama sekali tak dipikirkan. Sebab, hawa nafsu untuk memiliki banyak uang agar disebut kaya raya dan dengan uang bisa memenuhi aneka macam kebutuhan yang diinginkan, lebih menguasai jiwa. Malah, menjadi tak takut dengan ancaman hukuman yang sedemikian berat.
Pesona dunia memang sangat menakjubkan.
Saking takjubnya, jadi tak ingat kalau suatu saat suatu ketika bakal tiada alias wafat dan kembali ke pangkuan Illahi Rabbi. Jika jasad sudah terbujur kaku, di dunia pun tak berdaya karena tak sanggup mandi sendiri dan tak mampu melenggang sendirian ke kekuburan untuk memakamkan diri sendiri.
Tak ada rasa cemaskah jika pada saat dalam kekuasaan dan dalam lingkaran hawa nafsu, maut malah datang menjemput, tanpa ijin - tanpa bilang bilang, dan tanpa ingin menunda dan memajukan karena sang maut hanya datang untuk menjemput dan mengambil nyawa setiap mahluk yang diciptakan oleh Tuhan, dan kelak dimintai pertanggung jawaban.
Jika suatu saat akhirnya kita tiada, siapkah kita menyongsong datangnya ketiadaan yang membuat kita - rela taj rela, pergi dari dunia untuk menuju kampung akhirat?
0 komentar:
Posting Komentar