ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doank
LIMA PULUH
Nah… bagaimana mungkin Sabar
bisa lenyapkan kesal dengan begitu saja. Untungnya, Sabar sudah bisa
menghidupkan motornya. Karena jalan di
sela sela area parkar yang dipenuhi
sepeda motor jauh dari luas, Sabar tak bisa melajukan sepeda motornya. Setelah
melap pipinya yang masih menyisakan air mata, mau tak mau Sabar kembali bicara.
“ Sebaiknya, bapak tanyakan
kembali saja ke dokter, apakah mertua bapak sudah sampai di rumah sakit atau
masih di perjalanan. Sekarang, saya pulang dulu. Assalammualai kum”
“Walaikum salam, pak. Hati-hati,
pak. Jangan nerobos lampu merah. Tapi, kalau terlan jur nerobos karena bapak
tidak disiplin, saat ke tangkap polisi, jangan mau diajak damai, pak Bapak
bilang minta langsung ditilang saja, pak
Kan, lebih baik uangnya disetor
lang sung dan masuk ke kas negara. Buat bayar utang negara kita, pak. Kalau
tidak lunas lunas, apa ka ta dunia, dan bagaimana nasib anak cucu kita nan ti,
pak. Betul, kan, pak ? ”
Sabar mengambil keputusan untuk
tidak mau meladeni ocehan lelaki brewok itu lagi.
“Pak..bilang betul, dong, pak.
Waah, bapak belum pernah nonton Ipin dan Upin, ya?”
Sabar segera menjalankan motornya de ngan hati-hati. Setelah
lepas dari ruang setapak di antara motor yang di parkir di kanan kiri, ia
bergegas. Tak berminat menoleh dan melihat, apa yang sedang dilakukan oleh
lelaki brewok berpakaian necis, yang mengaku baru saja diting galkan isteri
selama-lamanya .
Bondan celingak celinguk. Tapi,
belum juga melihat sosok si tukang ojek. Ia bertanya ke seorang satpam
“Memang, tempat parkir motor di
sebe lah mana, pak ?”
“Tuuuh, di sana. Di halaman
belakang Duduk dulu aja, dik ?”
“ Ma kasih, pak “
Bondan sudah ingin duduk.
Terdengar bunyi klakson
motor
Bondan menoleh. Dengan santun, Bon dan
pamit ke pak Satpam rumah sakit. Lalu menghampiri Sabar. Mengambil helm.
“Kalau tau lama, saya ikut abang ke tempat parkir,” kata
Bondan yang bergegas me makai helm dan naik ke motor.
“Nanti, abang jangan sampai lupa. Ka lau ada
rumah makan, kita singgah. Perut saya su dah lapar lagi “
“Siap boss,” sahut Bondan, yang
begitu melihat plang di tempat bayar
parkir terangkat, segera meluncur, meninggalkan rumah sakit dimana isterinya ikhlas ditinggal sendirian .
Bersambung……..
0 komentar:
Posting Komentar