ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doank
LIMA PULUH TIGA
Jadi, orang pintar yang sholeh
dan shale hah itu, saat mereka jadi pemimpin, benar-benar hanya untuk
membuktikan kecintaannya kepada Allah. Bukan di mulut doang. Tapi, juga di kela kuan dan perbuatan. Dia tidak akan mau menca ri kesempatan dalam
kesempitan buat korupsi. Sebab, meski punya kesempatan seluas-luasnya buat
korupsi, hatinya sudah mengharamkan per buatan korupsi “
“Wow, asyik juga tuh, boss, kalau
para orangtua bisa mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Saya
bisa apa nggak, ya ?”
“Bisa itu karena biasa, bang
Sabar. Sia papun, kalau memang niat dan tekadnya bukan cuma di mulut atau di
hati nggak akan bisa. Tapi, bila niat dan tekad itu dilaksanakan, dibuktikan, pasti bisa. Kalau
cuma niat doang, sama saja bo hong. Sebab, niat itu rencana. Sekarang ini, semi
sal abang niat mau ke Bandung, kalau nggak di laksanakan dan dibuktikan dengan
cara pergi ke Bandung, sampai presiden ganti tujuh kali, abang nggak pernah ke
Bandung. Iya, kan?”
“ Jadi, yang penting bukan
cuma niat doang, dong, boss?”
“Bang…niat memang penting.
Tapi, menjadi tidak penting dan bohong kita mengaku punya niat yang benar dan baik,
jika tidak dilaksanakan. Terlebih tanpa alasan yang kuat dan rasional.
Contoh lainnya, mudah
dimengerti, kok. Misalnya, saat abang lapar. Kan, bang Sabar ingin makan dan
lantas niat mau makan. Meski isteri di rumah sudah masak, sudah menyiapkan lauk
pauk, lengkap sama sambel, dan peralatan makan. Tapi bang Sabar cuma duduk di
kursi meja makan. Seharian cuma menatap sambil terus ngucapin niat, mau
makan-mau makan Sampai sejuta kali pun, bang, kalau nggak ambil piring, nyendok
nasi dan lauk pauk, lalu nyuap tuh makanan ke mulut, ngunyah dan nelan, yang
terjadi, abang bukannya kenyang. Tapi, langsung pingsan.
Kenapa? Karena cuma niat mau ma
kan, tapi bang Sabar nggak pernah melaksanakan makan. Semisal abang mau pipis.
Terus niat mau ke kamar mandi, supaya bisa pipis. Tapi, abang tetap saja di
warung janda. Akhirnya, abang pipis di kamar mandi apa di celana ?”
“ Pastinya, pipis di celana
dan akhir nya, saya bukan di sayang tapi malah diketawain sama tuh janda, boss.
Tapi, benar, juga yang boss bilang. Salah besar, kalau niat itu dianggap pen
ting, jika tidak dilaksanakan terlebih tanpa alasan yang rasional,” kata Sabar,
yang usai ngerok lantas mengurut-ngurut punggung Bondan.
“Tapi, boss, saat kita niat
mau beramal, dan niatnya sudah benar Cuma di saat bersamaan nggak punya duit, pastinya,
kan jadi susah melaksanakannya, boss ?”
“ Niat beramal, menurut
saya, justeru paling gampang, bang. Sebab, beramal itu harus dilaksanakan kapan
saja. Baik saat lapang mau pun ketika dalam sempit. Jadi, saat niat, begitu
punya seribu rupiah, langsung laksanakan. Kalau nunggu sampai punya sejuta
rupiah, begitu dapat sejuta rupiah, yang kemudian terpikir, sayang ba nget
kalau dikasih orang lain. Jadi, aplikasinya bukan mau di amalkan, tapi malah dibawa
pergi ke mall. Habis buat shoping. Niat jadi terlupa kan. Akhirnya, jadi orang
kikir, kaya Qorun “
Bersambung……
0 komentar:
Posting Komentar