ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doank
ENAM PULUH TIGA
Tentu Bondan bisa berbuat apa saja.
Terlebih, juga terlampir data
perusahaan dan data neraca keuangan perusahaan milik ayahnya, yang assetnya
berjumlah milyaran.
Apa yang tidak bisa dilakukan
Bondan, yang selama ini kehilangan kasih sayang, ketika di tangannya tergenggam
begitu banyak harta kekayaan?.
Siapa yang berhak mencegah dan
menghalangi, jika Bondan ingin melakukan apapun un tuk memuaskan dirinya. Tak
seorang pun. Tapi Bondan malah berpikir tentang ibu tiri dan dua adiknya, yang
harus ia jaga, perhatikan dan jika diperkenankan, ia didik dengan baik.
Terlebih, sa at ini, mereka sangat membutuhkan tempat ting gal agar esok dan
seterusnya, merasa tentram. Merasa hidup jadi lebih berarti karena tetap bisa
sekolah, bisa melakoni kehidupan, leluasa mera ih mimpi yang diinginkan.
Menjadi manusia yang tak sebatas
tahu mana benar mana salah. Mana hak dan mana ba til. Tapi juga tahu mengapa
harus beribadah, apa manfaat ibadah dan mengapa dengan ibadah ma nusia leluasa
menikmati indahnya hidup dan kehidupan.
Mengapa, manusia yang memilih
ibadah sebagai jalan untuk meraih kasih sayang Rabb, lebih cenderung cinta
akhirat timbang cinta pada dunia, bahkan, rela mengentuti dunia karena sa dar,
dunia cenderung melenakan, menyesatkan dan gara-gara kepincut dunia, manusia lupa pa da Tuhan.
Meski begitu, Bondan tak ingin
gegabah. Artinya, ia tak sebatas harus tahu kewajiban dan kepeduliannya. Bondan
juga harus tahu, apa yang akan dilakukan ibu tirinya setelah ditinggal pergi
selama-lamanya oleh ayahnya. Jika ia akan menikah lagi dan membawa kedua
anaknya yang juga adik Bondan, tak ada hak untuk mencegah atau menghalanginya.
Hanya, Bondan merasa punya hak
untuk tidak memperhatikan secara mendalam. Artinya, Bondan tidak akan memenuhi
berbagai kebutu han – terlebih kemauan ibu tirinya, karena jika ibu tirinya
memilih untuk menikah dengan lelaki lain, suaminyalah yang paling berhak
bertang gung jawab, mulai dari memberi nafkah sampai ke berbagai kebutuhan
lainnya
Jika sebaliknya, tentu saja yang
akan dila kukan Bondan harus ia konkritkan. Bondan ikh las, rumah atas namanya –
di balik nama dan diganti atas nama adik
tirinya, sebagai pemilik. Lalu, rumah yang kini masih ditempati oleh ibu tiri
dan dua adik tirinya, ia serahkan ke
Sumirah, agar ibu tiri dan kedua adik tirinya merasa lebih nyaman
tinggal di rumah itu.
Lalu, Bondan akan meminta agar ibu
tiri nya yang dulu sekretaris pribadi ayahnya, kemba li ke perusahaan. Selain ia
angkat dan tugaskan sebagai Direktur Utama, juga diberi kepercayaan penuh, mengelola
perusahaan yang diwariskan oleh ayahnya, tanpa meninggalkan kewajiban membuat
laporan lisan dan tertulis secara berkala dan priodik.
Bondan sendiri, tak kepincut untuk
langsung mengambil alih PT Juwita Permai, yang ternyata berhasil membangun
bisnis kelapa sawit, ekspor impor hasil bumi dan pemba ngunan perumahan. Bondan
yakin, ibu tirinya yang mantan sekretaris di perusahaan dan masih secara
intensif mengikuti perkembangan perusa haan, mampu melaksanakan tugas dan
memang gul beban amanah yang diberikan kepadanya
Bersambung…..
0 komentar:
Posting Komentar