ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doank
LIMA PULUH DUA
Bondan yang membiarkan tubuhnya dikerik oleh Sabar, kembali
melanjutkan kicauannya.
“ Menurut buku yang gue baca, lebih
baik punya anak sholeh dan sholehah daripada punya anak pintar. Sebab, anak
pintar akhlaknya belum tentu baik. Kepintarannya, kapan saja bisa disalah-gunakan. Itu sebabnya, banyak koruptor. Banyak maling krah putih. Mafia
hukum, mafia pajak. Mereka, kebanyakan orang pintar. Bertitel. Berpangkat.
Tapi, akhlaknya di bawah titik nol.
Nah, anak sholeh dan sholehah, sejak
kecil hidupnya sudah penuh adab. Penuh tata krama. Tahu bagaimana cara
menghargai dan menghormati orangtua. Juga tahu cara menghargai teman sebaya
yang seiman, dan teman sebaya yang beda agama. Juga tahu mana benar mana tidak dan mereka paham mana yang hak dan mana yang batil. Mangkanya. begitu dewasa nggak bakal korupsi. Malah malas mengambil hak orang lain, lantaran sudah terbiasa mengambil yang jadi haknya. Itu pun tak lupa disisihkan untuk shadakah i
Disiplinnya juga tinggi. Tahu
aturan. Ja di, kapan waktu main dan kapan waktu belajar, sudah bisa ngatur
sendiri. Mana baik dan mana tidak baik, juga sudah paham. Karena bisa dan jadi biasa,
akhirnya mereka akan paham.
Jika sudah paham, dengan sendirinya memiliki
kemampuan untuk membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mana yang boleh
dan mana yang dilarang.
Makanya, kalau abang mau punya anak
sholeh dan sholehah, didik yang baik. Ajarkan sejak dini agar mereka ngerti,
waktu belajar harus belajar dan waktu main baru dipersilahkan main. Kalau tidak
begitu, repot, bang.
Tapi kalau anak abang soleh dan
shole hah? Bakalan hepi sampai akhir
menutup mata, bang. Mereka, tidak akan mengambil yang bu kan haknya. Tidak
usil, tidak iri, tidak suka mem fitnah, tidak ingin menguasai milik orang lain.
Nah, ketika akhirnya tumbuh dewasa dan jadi orang pintar, yang dipikirkan bukan
kepentingan pribadi. Tapi, kepentingan sesama.
Waktu kerja, misinya ibadah, bukan
men cari harta. Tapi, ketika rezekinya berlimpah, yang dipentingkan bukan
foya-foya dan berme wah-mewah di jalan setan.
Tapi, foya-foya dan bermewah mewah
di jalan Allah. Nggak bakalan kepincut mau ke dis kotik atau nite club. Nggak
bakalan keranjingan shoping. Sebab, sejak kecil, paham, semua itu bukan
kegiatan amal ibadah. Jadi, hartanya di pa kai buat beramaliah. Membantu orang
lain yang sedang dalam kesusahan.
Yang diutamakan, tentu saja,
saudara kandungnya terlebih dahulu. Baru saudara dekat yang bukan kandung.
Kemudian, meluas ke orang lain yang dikenal maupun yang tidak di kenal. Tapi,
dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas itu, artinya kayak orang buang air. Nah,
kotoran, kan, kalau sudah kita buang, nggak
pernah mau kita ambil lagi.
Jadi, ikhlas itu artinya semua
dilakukan hanya karena Allah. Kalau sudah begitu, ya, cu ma berharap keridhoan
dari Allah. Nggak mau di puji orang lain. Nggak ngungkit dan nggak ngare pin
apa pun. Apapun namanya, kalau masih mau dapat
pujian, dapat balasan dari sesama, yaa, tak layak dikatakan ikhlas alias bukan ikhlas.
0 komentar:
Posting Komentar