ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doblank
LIMA PULUH DELAPAN
Buktnya, Sumirah segera berdiri dari
du duknya. Ia lebih dahulu melangkah ke luar rumah. Sumirah juga bertekad,
dirinya tak saja ingin membuktikan siap menemani dan meman du Bondan ke
pemakaman agar di sana tidak kesulitan mencari makam pak Sadewa. Tapi, juga
siap menjelaskan berbagai hal dengan trans paran. Tentu saja tanpa
keinginan memanfaat kan situasi untuk
menggunting dalam lipatan
Artinya, jika sepanjang jalan pergi ke
ma kam pak Sadewa, atau sekembalinya dari sana, ada momen yang baik untuk
menjelaskan, Sumi rah akan segera
memanfaatkan dengan sebaik-ba iknya. Sumirah akan bicara apa adanya. Dari A
sampai Z.
Alhamdulillah.
Apa yang diinginkan Sumirah,
terkabul. Saat kemacetan lalu lintas di Jakarta seperti ingin menghambat
kepergian Bondan, saat itulah, Su mirah yang belum berani membuka pembicaraan
karena merasa belum melihat dan belum
punya peluang untuk menangkap momen yang pas, mendengar Bondan yang sejak
berangkat dari rumah belum bersuara sepatah kata pun, setelah mengover kovling
dan ngerem kendaraan yang dibawanya, bersuara
“ Dulu, saya sempat membenci ayah.
Ta pi, kemudian saya sadar, yang terjadi adalah sebu ah lakon kehidupan yang
harus dimengerti dan di pahami dengan sebaik-baiknya.
Kesiapan menerima semua yang terjadi
de ngan terbuka dan dengan lapang dada, membuat saya sadar, percuma saya
membenci. Untuk itu lah, saya hapus kebencian pada ayah, memaaf kan jika beliau
bersalah pada anaknya, lalu meng ganti kebencian pada almarhum dengan berusaha
untuk tetap menghormati karena bagaimana pun beliau adalah ayah saya.
Saya merasa lega. Karena sudah
memaaf kan beliau sebelum wafat, dan saya lebih siap me nikmati kehidupan
pribadi saya timbang berku tat dengan
masalah yang bisa saja tak akan per nah kunjung selesai“
“Duh, Tuhan. Engkau memang segala
nya. Kau telah membuka pintu hati putra suami ku. Aku bersyukur padaMU,
Tuhanku, karena engkau telah mengabulkan doaku.”
Sumirah serasa ingin menangis. Sama
se kali tak disangka, justeru di saat lalu lintas yang macet membuat begitu ba
nyak orang merasa stress, ia malah sangat ber bahagia. Sebab, tak saja
mendengar pengakuan Bondan yang begitu melegakannya dan sama sekali tak pernah
diprediksinya.
Sumirah juga menangkap sebuah momen
terindah. Dan itu adalah peluang yang memang paling diinginkan. Peluang yang
memang sangat dinantikan, mengingat kedatangannya selain me ngabarkan tentang
duka, juga hal lain yang harus diungkapkan sejelasnya. Agar Bondan tak seba tas
tahu apa yang sebenarnya terjadi. Juga tahu mengapa ayahnya beristeri lagi, dan
bagaimana kondisi keluarga setelah pak Sadewa tiada.
Bersambung…….
0 komentar:
Posting Komentar