-->
ADA PINTU DI JENDELA
oleh : Oesman Doank
DUA PULUH
“Ya, tidak harus bagaimana-bagaimana, mbok. Si mbok tetap tinggal di sini. Toh, sebulan sekali saya pulang “
“Sendirian ? “
“Si mbok kan, pernah bilang, anak si mbok bekerja di Jakarta dan belum punya rumah. Ajak saja dia tinggal di sini. “
“ Tapi, den ?”
“ Si mbok nggak usah kuatir. Mantu si mbok, kan tidak kerja. Saya akan minta agar dia membantu si mbok mengurus rumah. Bilang sa ma dia, tinggal dan makan di si sini, saya gratis kan. Tapi, jika ia juga bekerja di sini, saya tak mau gratisan. Tiap bulan, pasti saya beri gaji “
“Sebaiknya, apa tidak si mbok saja yang minta pensiun, den. Si mbok siap kok, kembali ke kampung. Toh, asal usul si mbok memang ha nya orang desa “
“ Mbok, saya masih butuh si mbok untuk jaga dan merawat rumah. Lagipula, saya tak me nganggap si mbok orang lain. Mbok sudah saya anggap orangtua saya “
“Tapi,mantu si mbok itu,orangnya sangat malas, den Suaminya hanya buruh pabrik, tapi pola hidupnya, seperti orang kaya. Si mbok kua tir, den Bondan malah….” Mbok Sinem tak bisa menuntaskan kalimatnya.Bondan memberi isya rat agar si mbok Sinem tak terus bicara.
“ Mbok…Apa salahnya jika dicoba. Kita beri dia kesempatan. Barangkali saja, begitu ia tinggal bersama si mbok, prilakunya berubah. Oke ?’
“ Tapi saya tidak ingin disalahkan, den “
“ Saya janji tak akan menyalahkan. Yang penting, jika si mbok menilai tak ada perubahan, bilang ke saya. Kita minta dia ke luar dan saya si ap carikan rumah kontrakan untuk anak si mbok dan keluarganya. Sekarang, saya pamit, mbok. Hati-hati. Assalammualaikum “
Mbok sinem spontan menyahut. Membalas salam. Hatinya bergetar. Kali pertama, Bondan yang bergegas meninggalkan rumah mengucap salam.
“ Duh Gusti…Alhamdulillah. Den Bondan sudah mulai mengucap salam. Semoga Engkau selalu menjaga dan melindunginya , “ Mbok Si nem mendoakan Bondan yang sudah meninggal kan rumah.
Si Mbok tersedak. Perubahan sikap Bondan, membuat mbok Sinem terharu sekaligus bangga. Terharu, karena perubahan sikap Bondan sema kin memperlihatkan kemajuan. Tak hanya mem berinya kepercayaan yang begitu besar. Tapi, ju ga mulai mencurahkan perhatian. Si Mbok tak menyangka, jika Bondan malah menyuruhnya membawa satu-satunya anak lelaki, dari empat anaknya yang selebihnya perempuan.
Mbok Sinem akan berusaha untuk menghu bungi Parijan, agar ia mau tinggal bersamanya di rumah sang majikan. Tentang menantunya yang menyebalkan, akan dipikirkan kemudian. Tapi, semoga saja, dorongan den Bondan, bisa membu atnya lebih dekat dengan menantunya dan ia bisa membimbingnya. Syukur jika mau berubah dan hak dia jika ingin tetap di jalannya..
Bondan yang tidak ingin terus menerus di jalan ma sa silam, meninggalkan mobilnya di parkiran sebuah hotel mewah. Ransel dan sepatunya yang berharga mahalpun di tinggal di bagasi mobil. Bondan yang bersendal jepit, ber celana jeans dan t’shirt, membuat seorang satpam di pintu masuk hotel tercengang. Ia megucek-ngucek matanya. Sepertinya,tak percaya, yang terlihat jelas dan tengah berdiri di depan matanya, Bondan
“Lu nggak mikir lagi ngeliat setan, kan?“ Bondan segera menyapa Tukijan, sang satpam
Bersambung........
0 komentar:
Posting Komentar