oleh : Oesman Doank
SAAT memutuskan berhenti dari pekerjaan, yang kupikir hanya satu, akan bebas dari beban berat karena tak lagi berakrab akrab dengan berbagai hal yang meruntuhkan idealisme. Terlebih isteriku mendukung, dan kata dia, tokh masih ada sisa tabungan untuk bekal beberapa bulan. Jika bisa lebih irit bisa lebih lama. Semisal tak lama kemudian bisa kembali mendapat pekerjaan, tentu malah tak masalah
Aku memang lantas merasa leluasa menikmati hidup, meski untuk itu harus menjual sebuah sepeda motor dan karena setelah dijual hanya tersisa satu motor, aku tak bisa lagi seenaknya berganti ganti memakai sepeda motor.
Meski begitu, dengan satu sepeda motor malah membuka peluang untuk lebih dekat sama isteri. Biasanya, kami masing masing pergi dengan membawa motor sendiri. Setelahnya, selalu berdua. Bak pengantin baru. Karena leluasa pergi ke mana, dan selalu berboncengan dengan isteri tercinta.
Hanya, Tuhan memang selalu menghadirkan cobaan untuk setiap hambanya.
Cobaan berat, mulai kurasakan saat isteriku kerap mengeluh sakit.
Karena beberapa kali ke dokter tetap merasa sakit, mau tak mau aku memenuhi permintaannya yang ingin berobat ke dokter spesialis. Apa boleh buat, aku harus ikhlas meski berobat ke dokter spesialis sangat berbeda tarif. Meski agak mahal, aku jadi lega karena akhirnya dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita isteriku.
Aku sama sekali tak kuatir saat dokter menyatakan isteriku menderita Kista.
Sebab, aku yakin, penyakit apapun pasti bisa disembuhkan secara khusus oleh Tuhan
Bukankah Allah Maha Menyembuhkan.
Hanya, mau tak mau aku menjadi kaget ketika kembali ke dokter spesialis, dia menyatakan isteriku harus secepatnya dioperasi. Sebab, hasil ronsgen menjelaskan kalau di dalam tubuhnya ada dua benjolan yang harus segera dikeluarkan. Keduanya, menjadi sumber utama yang membuat isteriku kerap kali menggelinjang kesakitan. Baik di waktu pagi maupun di tengah malam
Kalau sudah menggelinjang kesakitan, dalam hati aku hanya bisa berkata." Kasihan sekali isteriku"
Karena aku bukan ahli medis, isteriku yang kuatir biaya operasi mahal mencoba bertahan. Saat isteriku mencoba bertahan, aku berusaha mengobatinya dengan banyak berdoa, dan memberinya air putih yang setiap usai shalat aku berdoa agar air yang juga diciptakan ALLAH dapat dijadikan obat untuk meringankan beban sakit yang diderita isteriku.
Alhamdulillah... ketika kembali ke dokter spesialis untuk cek penyakit isteriku, dokter terpana. Sebab, satu benjolan telah hilang. Meski begitu, dokter yang kembali mendiagnosa dengan alat canggih yang dimilikinya, lantas mendorong agar isteriku tidak lagi menunda nunda pelaksanaan operasi.
Aku sama sekali tak bisa berbuat apapun kecuali mengijinkan. Hanya, apa kata isteriku
"Pak... uang kita sudah makin menipis karena banyak habis untuk biaya berobat"
Kali ini, meski di dompetku hanya tersisa selembar ratusan ribu, aku mensupport isteriku untuk mengikuti petunjuk dokter. Isteriku bersikokoh tidak mau dan dia ikhlas jika terjadi sesuatu, karena memang tak ada biaya untuk operasi besar yang di rumah sakit
"Bu Tuhan kita itu Allah Yang Maha Kuasa. Serahkan padaNYA dan saya akan tetap berikhtiar," kataku, memberi semangat dan berharap isteriku bersedia di operasi.
Pagi pagi aku dan isteri sudah meluncur ke sebuah rumah sakit terbesar di Indonesia.
Tepat pukul setengah delapan kami sudah sampai di kawasan Salemba.
Saat ingin mendaftar untuk rawat inap, aku terkejut karena tak hanya banyak yang mendaftar. tapi juga banyak yang sedang konfirmasi untuk mendapatkan ruang rawat inap. Artinya, mungkinkah isteriku bisa dapat ruang rawat, sementara yang sudah seminggu atau lebih mendaftar saja, ada yang hampir setiap kali melakukan konfirmasi untuk mengetahui ada dan tidaknya ruang kosong.
Hanya, siapa yang sanggup mencegah kehendak Sang Khalik.
Setelah antri cukup lama, akhirnya nama isteriku dipanggil. Cuma, aku batal ke loket karena justeru isteriku yang malah semangat mendatangi loket. Sungguh, kekuasaan Tuhan memang sungguh dahsyat Ternyata, salah seorang petugas di dalam ruang loket, mengenali isteriku. Dengan serta merta ia merespon kehadiran isteriku dengan mengajaknya ke kantin.
Setelah isteriku menceritakan, dia malah menyuruh isteriku tenang dan berpesan agar esok datang sepagi mungkin dengan membawa pakaian dan peralatan pribadi yang diperlukan.
"Ibu kenal dia," tanyaku saat kami pulang
"Tidak begitu kenal. Hanya, setahun silam pernah kenalan dan kala itu ia sedang konflik dengan suaminya. Setelah beberapa kali berkonsulatasi, dia lantas menerapkan solusi yang saya berikan. Alhamdulillah... akhirnya rumah tangganya kembali sehat."
Bersambung.........
KE RUMAH SAKIT UNTUK OPERASI HANYA BERBEKAL PAKAIAN
SAAT memutuskan berhenti dari pekerjaan, yang kupikir hanya satu, akan bebas dari beban berat karena tak lagi berakrab akrab dengan berbagai hal yang meruntuhkan idealisme. Terlebih isteriku mendukung, dan kata dia, tokh masih ada sisa tabungan untuk bekal beberapa bulan. Jika bisa lebih irit bisa lebih lama. Semisal tak lama kemudian bisa kembali mendapat pekerjaan, tentu malah tak masalah
Aku memang lantas merasa leluasa menikmati hidup, meski untuk itu harus menjual sebuah sepeda motor dan karena setelah dijual hanya tersisa satu motor, aku tak bisa lagi seenaknya berganti ganti memakai sepeda motor.
Meski begitu, dengan satu sepeda motor malah membuka peluang untuk lebih dekat sama isteri. Biasanya, kami masing masing pergi dengan membawa motor sendiri. Setelahnya, selalu berdua. Bak pengantin baru. Karena leluasa pergi ke mana, dan selalu berboncengan dengan isteri tercinta.
Hanya, Tuhan memang selalu menghadirkan cobaan untuk setiap hambanya.
Cobaan berat, mulai kurasakan saat isteriku kerap mengeluh sakit.
Karena beberapa kali ke dokter tetap merasa sakit, mau tak mau aku memenuhi permintaannya yang ingin berobat ke dokter spesialis. Apa boleh buat, aku harus ikhlas meski berobat ke dokter spesialis sangat berbeda tarif. Meski agak mahal, aku jadi lega karena akhirnya dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita isteriku.
Aku sama sekali tak kuatir saat dokter menyatakan isteriku menderita Kista.
Sebab, aku yakin, penyakit apapun pasti bisa disembuhkan secara khusus oleh Tuhan
Bukankah Allah Maha Menyembuhkan.
Hanya, mau tak mau aku menjadi kaget ketika kembali ke dokter spesialis, dia menyatakan isteriku harus secepatnya dioperasi. Sebab, hasil ronsgen menjelaskan kalau di dalam tubuhnya ada dua benjolan yang harus segera dikeluarkan. Keduanya, menjadi sumber utama yang membuat isteriku kerap kali menggelinjang kesakitan. Baik di waktu pagi maupun di tengah malam
Kalau sudah menggelinjang kesakitan, dalam hati aku hanya bisa berkata." Kasihan sekali isteriku"
Karena aku bukan ahli medis, isteriku yang kuatir biaya operasi mahal mencoba bertahan. Saat isteriku mencoba bertahan, aku berusaha mengobatinya dengan banyak berdoa, dan memberinya air putih yang setiap usai shalat aku berdoa agar air yang juga diciptakan ALLAH dapat dijadikan obat untuk meringankan beban sakit yang diderita isteriku.
Alhamdulillah... ketika kembali ke dokter spesialis untuk cek penyakit isteriku, dokter terpana. Sebab, satu benjolan telah hilang. Meski begitu, dokter yang kembali mendiagnosa dengan alat canggih yang dimilikinya, lantas mendorong agar isteriku tidak lagi menunda nunda pelaksanaan operasi.
Aku sama sekali tak bisa berbuat apapun kecuali mengijinkan. Hanya, apa kata isteriku
"Pak... uang kita sudah makin menipis karena banyak habis untuk biaya berobat"
Kali ini, meski di dompetku hanya tersisa selembar ratusan ribu, aku mensupport isteriku untuk mengikuti petunjuk dokter. Isteriku bersikokoh tidak mau dan dia ikhlas jika terjadi sesuatu, karena memang tak ada biaya untuk operasi besar yang di rumah sakit
"Bu Tuhan kita itu Allah Yang Maha Kuasa. Serahkan padaNYA dan saya akan tetap berikhtiar," kataku, memberi semangat dan berharap isteriku bersedia di operasi.
Pagi pagi aku dan isteri sudah meluncur ke sebuah rumah sakit terbesar di Indonesia.
Tepat pukul setengah delapan kami sudah sampai di kawasan Salemba.
Saat ingin mendaftar untuk rawat inap, aku terkejut karena tak hanya banyak yang mendaftar. tapi juga banyak yang sedang konfirmasi untuk mendapatkan ruang rawat inap. Artinya, mungkinkah isteriku bisa dapat ruang rawat, sementara yang sudah seminggu atau lebih mendaftar saja, ada yang hampir setiap kali melakukan konfirmasi untuk mengetahui ada dan tidaknya ruang kosong.
Hanya, siapa yang sanggup mencegah kehendak Sang Khalik.
Setelah antri cukup lama, akhirnya nama isteriku dipanggil. Cuma, aku batal ke loket karena justeru isteriku yang malah semangat mendatangi loket. Sungguh, kekuasaan Tuhan memang sungguh dahsyat Ternyata, salah seorang petugas di dalam ruang loket, mengenali isteriku. Dengan serta merta ia merespon kehadiran isteriku dengan mengajaknya ke kantin.
Setelah isteriku menceritakan, dia malah menyuruh isteriku tenang dan berpesan agar esok datang sepagi mungkin dengan membawa pakaian dan peralatan pribadi yang diperlukan.
"Ibu kenal dia," tanyaku saat kami pulang
"Tidak begitu kenal. Hanya, setahun silam pernah kenalan dan kala itu ia sedang konflik dengan suaminya. Setelah beberapa kali berkonsulatasi, dia lantas menerapkan solusi yang saya berikan. Alhamdulillah... akhirnya rumah tangganya kembali sehat."
Bersambung.........
KE RUMAH SAKIT UNTUK OPERASI HANYA BERBEKAL PAKAIAN
0 komentar:
Posting Komentar