ADA PINTU DI JENDELA
oleh : Oesman Doank
DELAPAN
Seketika ia
merasakan, pelukan erat dan tulus si mbok Sinem,mengalirkan sesuatu
yang dia tak tahu apa,tapi membatnya merasa tentram. Ada degup dalam
diri mbok Sinem, dan degup yang bunyi detaknya terasa cepat, mem
buat Bondan terkesiap.
“ Aaah, kalau
saja ia ibu saya Dan kerap memeluk sa ya seperti ini, betapa
indahnya hari-hari yang akan saya lalu. Tuhan dimana dan mengapa ibu
saya ada tapi tak pernah mengalirkan kasih sayangnya ” Batin Bondan
bergemuruh. Tanda tanya berhamburan
Tiba-tiba, Bondan
jadi mendadak rindu pada ibu. Ibu yang tak pernah berbincang, tak
pernah membangunkan, tak pernah marah atau menasihatinya. Tapi, rindu
yang bergemuruh di dada pada ibunda, lupa pada apa yang tak pernah
diberikan pada Bonda,.
Bondan hanya
melihat ada senyum ibunya yang indah. Senyum tulus untuk Bondan, yang
memang sangat ingin menikmatinya. Bersamaan dengan itu, Bondan juga
menikmati indahnya pelukan erat ibu, yang menghangat kan. Kalau saja
kerinduan yang tiba-tiba menelisik ke hati Bondan, jadi kenyataan,
barangkali ia akan bertam bah kuat.
Aah, mengapa yang
kini ia rasakan hanya sebatas pelukan hangat si mbok, bukan pelukan
ibunya. Mengapa degup yang menenangkan, mengalir dari tubuh si mbok,
bukan dari ibunya.
Bondan jadi
kepingin merasakan hangatnya pelukan ibu. Ibu Susilawati, yang selama
sembilan bulan mengan dung.Yang saat melahirkan Bondan berjuang
antara hidup dan mati, demi buah hati yang dicintai..
Dimanakah ibu, dan
mengapa ia membiarkan saya sendirian di rumah besar dan mewah,
tanpa tatapan mata indahnya yang sebening air pegunungan, tanpa peluk
mes ranya yang menghangatkan, tanpa wejangan mulianya yang
menyejukkan.
“ Ibuuuuuu “
Teriakan Bondan,
mengejutkan mbok Sinem yang sedang mengisi botol bekas sirup yang
dilapisi handuk dengan air panas dari kran air. Mbok Sinem segera
mematikan kran, dan dengan cemas ia ke luar dari kamar mandi.
Menghampiri Bondan yang tadi tertidur sudah terduduk di ranjangnya
dengan nafas tersengal-sengal.
“ Aden kenapa ?”
“ Saya kepingin
ketemu, ibu, mbok ?”
“ Yaa, nanti si
Mbok pasti berusaha lagi. Mudah-mu dahan, beliau berkenan menjawab
panggilan si mbok, se perti biasanya. Sekarang, aden tidur lagi aja.
Istirahat dan biar si mbok kompresin aden dengan air panas “
Bondan kembali
berbaring. Dia biarkan si mbok Si nem, yang lalu menekan dan
menggerak-gerakan botol – berisi air panas, yang dilapisi handuk ke
tubuhnya.
“ Kita harus
banyak beristighfar, den. Agar hati selalu terjaga, dari segala
keburukan. Dari segala hal yang bisa membuat kita lemah “
“Iya, mbok.
Terima kasih, si mbok sudah memperhati kan dan mengingatkan saya “
Bondan kembali
merasa tenang. Air panas di botol yang sebentar-sebentar bergerak
dari dada ke perut dan sebaliknya, benar-benar menghangatkan.
Ketulusan mbok Sinem merawat Bondan yang tiba-tiba terserang demam,
membuat Bondan cepat terlelap.
Mbok Sinem kembali
ke kamar mandi. Menuang isi nya yang sudah dingin, lalu meletakkanya
di sisi wastafel. Setelah menjembreng handuk kecil, ia membuka kran
air panas. Si mbok menaruh handuk kecil di wastafel. Mema tikan kran.
Dengan hati-hati si mbok memeras handuk kecil yang barusan diguyur
air panas.
Si mbok kembali ke
kamar. Sejenak, ia menatap Bondan yang sudah lelap. Baru si mbok
benar bena rmendekat untuk meletakkan handuk hangat ke kening
Bondan.
0 komentar:
Posting Komentar