ADA
PINTU DI JENDELA
oleh
:
Oesman Doank
DELAPAN
BELAS
Kalau
azan Maghrib tidak menggema, ia ingin menghentikan Tomo, yang tengah
melang kah ke arahnya. Menemaninya ngobrol atau menemaninya
berkeliling, karena telah sekian lama, ia tak pernah melakukannya
Bondan hanya menghentikan Tomo. Sete lah merogoh dompet, mengambil
selembar lima puluh ribuan, Bondan menyodorkannya ke Tomo
“Tips antar tabung gas,” Bondan terpaksa menjelaskan, karena
Tomo langsung ter cengang dan tak segera mengambil lima puluh ri buan
yang ia sodorkan
“
Buat makan malam dan beli rokok,” kata Bondan kemudian, yang dengan
cepat, me masukkan ke saku baju Tomo dan bergegas me ninggalkan Tomo,
yang sehari-hari bekerja di toko engkoh Tie Liang Tai.
“
Terima kasih, boss. Semoga rezeki boss makin berlimpah ruah,” kata
Tomo, yang hanya bisa berpaling ke arah Bondan dan terus
memperhatikan sampai lenyap setelah berkelok ke gang menuju rumahnya.
Bondan merogoh, mengambil lembaran lima puluh ribuan. Memandang.
Entah takjub entah heran. Nyatanya, Tomo sepertinya tak per caya
pada kenyataan. Padahal, lembaran lima pu luh ribuan, yang sudah ada
di tangannya bukan uang palsu atau uang untuk main monopoli. Ta pi,
uang asli.
Tapi,
akhirnya Tomo sadar. Se nyumnya mengembang. Ia sempat mencium kertas
ber harga di tangannya. Dan, jika ia sampai ke toko tempatnya
bekerja, ia pasti akan kembali ter nganga. Terlebih, jika bossnya
benar-benar jujur dan langsung menyerahkan uang tips yang diti tipkan
Bondan untuk Tomo.
“
Edan… sudah nitip uang tip sama boss, kok barusan, di jalan,
memberi uang tip lagi? Malah, lebih besar. Oh, tengkiyu Tuhan “
Bisa
saja sambil ngelonjak kegirangan, Tomo bilang seperti itu. Toh,
Bondan tak perlu tahu dan tidak kepingin tahu
Bersambung.......
0 komentar:
Posting Komentar