TOLONG GENDUTKAN REKENING SAYA
oleh : Oesman Doank
WAKTU office boy memberitahu kalau dirinya dipanggil oleh Kepala Seksi Ngintipin Ulah Karyawan, Maman sama sekali tak berpraduga. Makanya, dengan enteng dia bilang.
"Memang mau ngapain tuh orang baru manggil saya?" Tanya Maman
"Waddduuuuh.... saya cuma ditugaskan memberitahu kepada bapak kalau pak Mirza menyuskali nggak berpraduga apapun.
"ruh bapak menghadap beliau. Selebihnya, saya hanya tau bagaimana mengantar gelas isi kopi dan mencuci gelas kotor bekas seluruh karyawan ngopi dan minum teh," sahut sang OB.
Lantaran merasa senior, Maman malah ngewanti wanti sang OB agar segera memberitahu Kasie Ngintipin Ulah Karyawan, kalau dirinya lagi sibuk dan kalau memang ada perlu datang saja ke ruangannya.
Sang OB tidak mau membantah. Dia bergegas menuju ke ruangan Kasie Ngintipin Ulah Karyawan, untuk menyampaikan pesan pak Maman.
"Belum sebulan kerja sudah sok manggil gue nyuruh menghadap. Emang siape sih lo," gerutu pak Maman yang lantas kembali santai di ruangannya sambil merokok.
Maman jadi kaget saat tak lama berselang, ada ketukan pintu di ruang kerjanya dan setelahnya seseorang masuk dan langsung menyapa.
"Waah maaf pak... tadi saya salah karena sudah menyuruh OB, buat memanggil bapak ke ruang saya. Sekarang, saya datang sendiri ke ruangan bapak untuk memohon agar bapak bersedia singgah ke ruang saya. Mari pak," kata Kasie Ngintipin Ulah Karyawan.
"Naaah.. gitu dong, kalo begini kan lu tau siape gue," ujar pak Maman. Tapi tentu saja dalam hati.
Sedangkan omongan yang ke luat dari Maman seperti ini, " Oke pak, saya segera datang"
Tanpa sok merasa punya jabatan, pak Wisnu yang sudah duduk di kursi kekuasannya, mempersilahkan pak Maman duduk.
"Ada perlu apa ya pak kok tumben bapak memanggil saya," kata pak Maman. Ia sengaja bertanya lebih dahulu , lantaran ingin menunjukkan dirinya lebih senior di kantornya
"Sebetulnya tidak ada apa apa, pak. Saya hanya ingin mengkonfirmasi dua hal dari bapak," sahut pak Wisnu.
Kalimat terakhir, membuat pak Maman agak terperanjat. Dalam hati dia bertanya tanya, hal apa yang akan ditanyakan pak Wisnu dengan alasan ingin melakukan konfirmasi
" Memangnya ada hal penting apa, pak, kok saya yang cuma bawahan malah diminta konfirmasi," ujar pak Maman, yang jadi lupa kalau dia menempatkan dirinya sebagai senior.
Pak Wisnu tidak menjelaskan dengan kata kata. Dia hanya menyodorkan selembar kertas berisi tulisan penting. Pak Maman terpaksa bergegas mengambil kertas yang disodorkan pak Wisnu. Setelah membaca dua pertanyaan, Pak Maman langsung berusaha menetralisir dirinya agar tidak kelihatan gentar menghadapi masalah
" Maksud bapak apa yaa kok memberikan saya selembar kertas berisi dua pertanyaan yang sama sekali tak saya mengerti," kata pak Maman
" Jadi bapak tidak bersedia mengakui apa yang bapak lakukan di proyek yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan kita?" Pak Wisnu balik bertanya.
" Memangnya saya melakukan apa? Kok saya malah jadi tak mengerti?" Pak Maman berusaha untuk tidak grogi, meski mulai menyadari kalau yang sedang dikonfirmasi oleh pak Wisnu sangat berkait erat dengan ulahnya di proyek pembangunan rumah para dukun malas nyantet
" Saya tak ingin berpanjang lebar apalagi bertele tele, pak. Sebab, saya hanya ingin bapak menjawab, ya atau tidak "
Pak Maman bukannya nggak grogi. Cuma, meski dalam hati dia mulai mengakui kalau ulahnya di proyek mulai tercium pihak perusahaan, dia tetap berusaha untuk tampil sebagai karyawan yang tidak merugikan perusahaan
" Sekarang," kata pak Maman," Tolong bapak jelaskan, apa yang akan bapak lakukan bila saya tak mengakui hal ini dan malah akan menuntut karena saya merasa telah difitnah"
" Kalau memang keinginan bapak seperti itu, silahkan. Cuma, mulai besok masalah ini saya serahkan kepada pihak kepolisian. Dengan demikian, bapak tidak lagi bermusyawarah dengan saya. Tapi, berhadapan dengan kepolisian dalam masalah hukum."
Jawaban pak Wisnu, benar benar mengagetkan pak Maman. Dia nggak sangka kalau perusahaan akan melakukan pengaduan kepada yang berwajib.
" Lalu... lalu... kalau saya mengaku apakah masalah ini akan tetap ditangani polisi?" Tanya Pak Maman nyang mau nggak mau, akhirnya kelihatan keder alias bingung
" Jadi... bapak ikhlas mengakui perbuatan bapak?" Tanya pak Wisnu
" Asal jangan dilaporkan ke polisi, saya bersedia pak mengakui perbuatan saya?"
" Jadi, benar kalau selama ini, bapak telah memark-up seluruh harga komponen bangunan proyek dan akhirnya mengeruk keuntungan hampir lima ratus juta?"
Karena sudah tersudut dan punya harapan tak dilaporkan ke polisi, tanpa ragu lagi, pak Maman lpa sama senioritas. Dia pun mengakui perbuatannya.
"Kalau begitu, hari ini juga bapak harus melakukan satu hal" Kata Pak Wisnu
" Siap, pak. Apa yang harus saya lakukan pak" kata Pak Maman makin gugup
Pak Wisnu tak menyahut. Dia kembali menyodorkan sebuah kertas berisi tulisan
Pak Maman, mengambil kertas dan membaca tulisan yang tertera dengan jelas. Belum lagi dia bertanya kenapa malah diberi nomor rekening sebuah bank, pak Wisnu sudah menjelaskan.
"Sebaiknya, sekarang juga pak Maman segera pergi ke bank. Tugas bapak sederhana, tolong isi rekening bank saya secepatnya, agar kondisinya berubah menjadi lebih gendut"
Pak Maman menarik nafas lega. Ia lebih rela menggendutkan rekening pak Wisnu timbang harus menguruskan badannya sendiri bila masuk penjara.
oleh : Oesman Doank
WAKTU office boy memberitahu kalau dirinya dipanggil oleh Kepala Seksi Ngintipin Ulah Karyawan, Maman sama sekali tak berpraduga. Makanya, dengan enteng dia bilang.
"Memang mau ngapain tuh orang baru manggil saya?" Tanya Maman
"Waddduuuuh.... saya cuma ditugaskan memberitahu kepada bapak kalau pak Mirza menyuskali nggak berpraduga apapun.
"ruh bapak menghadap beliau. Selebihnya, saya hanya tau bagaimana mengantar gelas isi kopi dan mencuci gelas kotor bekas seluruh karyawan ngopi dan minum teh," sahut sang OB.
Lantaran merasa senior, Maman malah ngewanti wanti sang OB agar segera memberitahu Kasie Ngintipin Ulah Karyawan, kalau dirinya lagi sibuk dan kalau memang ada perlu datang saja ke ruangannya.
Sang OB tidak mau membantah. Dia bergegas menuju ke ruangan Kasie Ngintipin Ulah Karyawan, untuk menyampaikan pesan pak Maman.
"Belum sebulan kerja sudah sok manggil gue nyuruh menghadap. Emang siape sih lo," gerutu pak Maman yang lantas kembali santai di ruangannya sambil merokok.
Maman jadi kaget saat tak lama berselang, ada ketukan pintu di ruang kerjanya dan setelahnya seseorang masuk dan langsung menyapa.
"Waah maaf pak... tadi saya salah karena sudah menyuruh OB, buat memanggil bapak ke ruang saya. Sekarang, saya datang sendiri ke ruangan bapak untuk memohon agar bapak bersedia singgah ke ruang saya. Mari pak," kata Kasie Ngintipin Ulah Karyawan.
"Naaah.. gitu dong, kalo begini kan lu tau siape gue," ujar pak Maman. Tapi tentu saja dalam hati.
Sedangkan omongan yang ke luat dari Maman seperti ini, " Oke pak, saya segera datang"
Tanpa sok merasa punya jabatan, pak Wisnu yang sudah duduk di kursi kekuasannya, mempersilahkan pak Maman duduk.
"Ada perlu apa ya pak kok tumben bapak memanggil saya," kata pak Maman. Ia sengaja bertanya lebih dahulu , lantaran ingin menunjukkan dirinya lebih senior di kantornya
"Sebetulnya tidak ada apa apa, pak. Saya hanya ingin mengkonfirmasi dua hal dari bapak," sahut pak Wisnu.
Kalimat terakhir, membuat pak Maman agak terperanjat. Dalam hati dia bertanya tanya, hal apa yang akan ditanyakan pak Wisnu dengan alasan ingin melakukan konfirmasi
" Memangnya ada hal penting apa, pak, kok saya yang cuma bawahan malah diminta konfirmasi," ujar pak Maman, yang jadi lupa kalau dia menempatkan dirinya sebagai senior.
Pak Wisnu tidak menjelaskan dengan kata kata. Dia hanya menyodorkan selembar kertas berisi tulisan penting. Pak Maman terpaksa bergegas mengambil kertas yang disodorkan pak Wisnu. Setelah membaca dua pertanyaan, Pak Maman langsung berusaha menetralisir dirinya agar tidak kelihatan gentar menghadapi masalah
" Maksud bapak apa yaa kok memberikan saya selembar kertas berisi dua pertanyaan yang sama sekali tak saya mengerti," kata pak Maman
" Jadi bapak tidak bersedia mengakui apa yang bapak lakukan di proyek yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan kita?" Pak Wisnu balik bertanya.
" Memangnya saya melakukan apa? Kok saya malah jadi tak mengerti?" Pak Maman berusaha untuk tidak grogi, meski mulai menyadari kalau yang sedang dikonfirmasi oleh pak Wisnu sangat berkait erat dengan ulahnya di proyek pembangunan rumah para dukun malas nyantet
" Saya tak ingin berpanjang lebar apalagi bertele tele, pak. Sebab, saya hanya ingin bapak menjawab, ya atau tidak "
Pak Maman bukannya nggak grogi. Cuma, meski dalam hati dia mulai mengakui kalau ulahnya di proyek mulai tercium pihak perusahaan, dia tetap berusaha untuk tampil sebagai karyawan yang tidak merugikan perusahaan
" Sekarang," kata pak Maman," Tolong bapak jelaskan, apa yang akan bapak lakukan bila saya tak mengakui hal ini dan malah akan menuntut karena saya merasa telah difitnah"
" Kalau memang keinginan bapak seperti itu, silahkan. Cuma, mulai besok masalah ini saya serahkan kepada pihak kepolisian. Dengan demikian, bapak tidak lagi bermusyawarah dengan saya. Tapi, berhadapan dengan kepolisian dalam masalah hukum."
Jawaban pak Wisnu, benar benar mengagetkan pak Maman. Dia nggak sangka kalau perusahaan akan melakukan pengaduan kepada yang berwajib.
" Lalu... lalu... kalau saya mengaku apakah masalah ini akan tetap ditangani polisi?" Tanya Pak Maman nyang mau nggak mau, akhirnya kelihatan keder alias bingung
" Jadi... bapak ikhlas mengakui perbuatan bapak?" Tanya pak Wisnu
" Asal jangan dilaporkan ke polisi, saya bersedia pak mengakui perbuatan saya?"
" Jadi, benar kalau selama ini, bapak telah memark-up seluruh harga komponen bangunan proyek dan akhirnya mengeruk keuntungan hampir lima ratus juta?"
Karena sudah tersudut dan punya harapan tak dilaporkan ke polisi, tanpa ragu lagi, pak Maman lpa sama senioritas. Dia pun mengakui perbuatannya.
"Kalau begitu, hari ini juga bapak harus melakukan satu hal" Kata Pak Wisnu
" Siap, pak. Apa yang harus saya lakukan pak" kata Pak Maman makin gugup
Pak Wisnu tak menyahut. Dia kembali menyodorkan sebuah kertas berisi tulisan
Pak Maman, mengambil kertas dan membaca tulisan yang tertera dengan jelas. Belum lagi dia bertanya kenapa malah diberi nomor rekening sebuah bank, pak Wisnu sudah menjelaskan.
"Sebaiknya, sekarang juga pak Maman segera pergi ke bank. Tugas bapak sederhana, tolong isi rekening bank saya secepatnya, agar kondisinya berubah menjadi lebih gendut"
Pak Maman menarik nafas lega. Ia lebih rela menggendutkan rekening pak Wisnu timbang harus menguruskan badannya sendiri bila masuk penjara.
0 komentar:
Posting Komentar