ADA
PINTU DI JENDELA
oleh
: Oesman Doank
TIGA
PULUH DUA
Bondan memanggil tukang ojek agar membawa motornya ke dalam. Sadar
ter senyum. Ia yakin, pak Waluya pergi dan membi arkan Bondan di
rumahnya, berarti sudah deal. Sadar yakin, sebelum Maghrib, ia sudah
bisa sampai di rumah sakit. Menjenguk isterinya, menyerahkan makanan
enak dan amplop sete ngah juta rupiah.
“Kita
istirahat sejenak, yaa, bang. Setelah itu, kita cari mesjid dan
langsung pulang. Oh iya, jam berapa abang mau besuk isteri di rumah
sakit “
“Sore, kok, boss. Tenang aja, boss. Masih banyak waktu. Saya juga
kepingin santai sebentar,“ sahut Sadar, sambil standarkan motornya
yang sudah dibawa masuk ke teras rumah tipe 36.
“Abang tau,
nggak tadinya gue mau ambil rumah kontrakan yang mana ?”
“Waah, tepatnya saya nggak tau boss.Cuma, karena rumah yang akan
dikontrak ada dua, kalau nggak rumah yang ini, pasti yang di sebelah,
boss “
“
Gue kepengen banget, bang, ambil yang di sebelah. Cuma, kata pak
Waluyo, harga pertahunnya tujuh juta rupiah. Sedangkan yang ini, cuma
tiga juta rupiah. Akhirnya, gue pilih yang ini dong “
“Dananya nggak
cukup, ya, boss?”
“Ya, nggak
cukup buat bayar rumah sakit”
“Emang,
keluarga boss ada yang sakit? Anak atau isteri, boss ?”
“Gue, kan masih
jomblo, bang “
“Boss masih
jomblo. Kalau begitu, yang sa kit, jika bukan orangtua pasti kakak
atau adik nya, boss “
“Maksud gue,
begini, lho, bang. Gue tuh, kan ngontrak dua tahun. Kalau gue ambil
yang disebelah, kan, mesti bayar empat belas juta. Nah, kalau yang
ini, kan , cuma enam juta. Jadi, gue tuh ngirit delapan juta, kan ?”
“Kalau
hitungannya begitu, memang benar, bisa ngirit delapan juta, boss.
Berarti masih bisa bayar biaya rumah sakit keluarga boss yang lagi
dirawat “
“Gue tuh nggak
punya keluarga yang lagi dirawat di rumah sakit, bang. Ngaco aja, lu
?”
“Ngaco gimane,
boss. Kan, barusan, boss sendiri yang bilang, nggak cukup buat bayar
ru mah sakit “
“Yang lu
bilang, emang nggak sa lah, bang. Cuma, maksud gue begini. Kalau gue
ambil ru mah kontrakan sebelah, berarti gue ba yar empat belas juta.
Kalau yang ini, kan, cuma enam juta. Berarti gue bisa irit delapan
juta. Naah, maksud gue, duit yang bisa gue irit, yang jumlahnya
delapan juta, mau gue pakai buat …enaknya buat apa, ye, bang ?”“
“Buat renovasi
kan, bisa, boss. Jadi, nih ru mah, walau masih asli, bisa lebih enak
dipakai “
“Soal renovasi
nggak usah lu pikirin, bang. Itu urusan gue. Gimana kalau gue pakai
buat. “
“Beli
perabotan, boss. Jadi, perabo tan boss, baru semua. Oke, punya, tuh,
boss ?”
“Kayaknye,
lebih oke kalau gue pa kai buat bayar biaya rumah sakit isteri lu,
deh, bang “
Sadar,
tercengang. Ia seperti tidak percaya mendengar kalimat yang baru
saja terucap dari mulut Bondan. Padahal, sangat jelas tak mungkin
tidak terdengar.
“Yee, gimana
juga, sih, lu, bang. Apa nggak boleh, kalau gue mau membantu
meringankan be ban lu bayar biaya rumah sakit. Tadi, lu bilang isteri
lu lagi dirawat, kan ?”
“Be..benar,
boss. Cu..cu..Cuma Astagfirul lah Haladziem. Subhanallah
Alhamdulillah Hi robbil ‘Alamin.
Boooosss, terima
kasih, boss. Terima kasih, Yaa Allah, hari ini, begitu banyak rezeki
yang kau limpahkan pada hamba, Tengkyu Allah.
Bersambung.........
0 komentar:
Posting Komentar