ADA PINTU DI JENDELA
oleh : Oesman Doank
EMPAT PULUH DUA
Niken pun tak
merasa malu mengungkapkan apa yang perlu dia ungkapkan agar isi
hatinya tak menanggung beban keharuan. Terlebih, di depannya hanya
ada rekannya, Juia
“ Iye, Jul.
Padahal, tadi sudah ngasih. Eh, barusan ngasih lagi. Sekarang gue
baru nyadar. Juga gak nyangka, kalau hari ini, malah kepingin nangis
tanpa mikir di mana gue berada. Huhuhu ….pantes pak Sabar
ngebingungin kita. Nggak taunya, gue baru ngerti. Gue baru tau, kalau
kete mu sama orang yang begitu baik, gue malah lang sung kepingin
nang is. Huhuhuhuhu “
Julia juga
melakukan hal yang sama. Ha nya, mereka tak berani melawan pengawas
karya wan kantin, yang bergegas menghampiri dan langsung mengingatkan
kalau mereka sedang be kerja. Niken dan Julia berbarengan minta maaf.
Juga berbarengan lari ke dapur kantin. Di sana, mereka bebas
menumpahkan rasa haru, yang mendadak membelenggu Niken dan Julia.
******
BONDAN baru masuk
setelah terlebih dahulu mengalah, memberi kesempatan beberapa orang
pembezuk ke luar dari ruang nomor 313, yang telah bertemu dan usai
membezuk keluarga mereka. Bondan tak menghiraukan suara tangi san
dari seorang perempuan di ruangan itu. Ia konsen,mencari Sabar.
Bondan baru
menemukan Sabar setelah sampai di ranjang rawat pasien yang terakhir.
Sekarang ia tahu, tangisan yang sejak masuk ruangan sudah ia dengar,
berasal dari isteri Sa bar.
“ Yang
nangis, tuh, isterinya? Katanya, yang nangis jejoakan pak
Sabar. Tau ah, gelap Emang gue pikirin ?”
Bondan hanya
bisa ngomong dalam hati. Ia tidak kesal, dengan kedua
pelayan kantin, yang tadi melaporkan pak Sabar nangis gegeru ngan.
Bondan menoleh. Pasien dan pengunjung yang ada, menyambut dengan
senyum yang me nurut Bondan sangat diada-ada. Senyum kepaksa Boleh
jadi karena sedang dirundung beban, harus bayar rumah sakit.
Senyum seperti
itu, tentu saja membuat Bondan, jadi kikuk Juga bingung, karena tak
mungkin mengganggu Sabar yang tengah sibuk membujuk isterinya. Kalau
isteri Sabar bermen tal baja. Jika bermental krupuk, pasti malu kare
na tertangkap sedang menangis sesenggukan oleh Bondan
“Sekarang,
malah kamu yang sulit saya bu juk. Tadi, sebelum kamu tahu
permasalahannya, berkali-kali kamu suruh saya istighfar. Giliran sa
ya yang minta kamu istighfar, bukan dituruti ma lah nyubit saya
terus.Apa, sih, yang harus saya lakukan agar kamu berhenti menangis.
Apa saya harus
mencium kamu di muka umum, agar kamu tidak sesenggukan terus mene rus
?”
“ Enak saja.
Saya tuh sama sekali belum minat minta dicium, bang. Apalagi di depan
umum”
“Lalu apa
yang harus saya lakukan agar kamu berhenti menangis?”
“Saya kepingin
segera bertemu dengan orang itu. Ingin kenal, ingin berterima kasih
dan ingin mengatakan, semoga dia selalu dilindungi dan diberkahi oleh
Allah. Tapi, kamu, bukannya segera nyusul malah terus membujuk saya “
“Tadi sudah
saya bilang, kan, agar kamu bersikap saya “
“ Bilang agar
kamu bersikap sabar saja, susah? “
“Lhooo, Sabar
itu nama, saya, Ni. Jadi, logis, toh, kalau saya bilang kamu bersikap
saya?”
“Yang logis
itu, kamu segera turun. Temui dan ajak boss kemari. Baru saya nggak
menangis lagi, seperti yang sudah saya bilang berkali-kali”
“Okee. Janji,
yaa, kamu nggak nangis lagi”
“Aku janji,”
kata isteri Sabar.
Sabar langsung
memenuhi permintaan isterinya.
Bersambung...........
0 komentar:
Posting Komentar