oleh : Oesman Doank
SEBENARNYA pepatah yang satu ini sama sekali nggak beda dengan pepatah lainnya. Artinya, bukan berarti bunyi ada artinya sama dengan semua pepatah. Tapi sebagai pepatah sangat mengandung filosofi yang dalam. Bukan berarti jatuh ke sumur dalam dan juga jangan diasumsikan tidak memakai celana dalam.
Sebab, pepatah yang satu ini nggak ada kaitannya dengan sumur dan gak ada hubungannya dengan celana dalam. Jadi, dalamnya tak lain karena makna bukan maknya, sebagaimana kebiasaan almarhum Basuki yang berperan sebagai mas Kardjo dalam sinetron Si Doel Anak sekolahan, yang selalu memanggil nyokap si Doel dan nyokap si Atun dengan maknyak.
Padahal, mas Kadjo tahu jelas, mak yang diperankan oleh Aminah Cendrakasih,dalam sinetron si Doel Anak Sekolahan yang kembali diputar oleh sebuah stasiun televisi swasta, mak itu ibunda di Doel dan Atun, adiknya. Bukan mak tukang minyak atawa mak yang anaknya berlebihan alias banyak.
Tapi, dalam lakonya di sinetron terbesut, eh, tersebut, mas Karjo nggak pernah mengucapkan dialog yang bunyinya, " Kok aku jadi korban habis manis sepah dibuang"
Bukan berarti penulis skenarionya atau para pemain dan kru tak tahu kalau ada pepatah berbunyi habis manis sepah dibuang.
Saya yakin, mereka tahu kalau Habis Manis Sepah Dibuang adalah salah satu dari sekian banyak pepatah yang sangat populer di Indonesia. Hanya, memang, popularitasnya tak pernah dianugerahi piala Vidia atawa Piala Citra. Bukan lantaran dianak-tirikan atau dilirik sebelah mata. Sebab, Koes Plues tak pernah menciptakan lagu bertajuk Melirik Dengan Sebelah Mata. Kalau pun ada lagu Koes Plus yang memuat kata lirik, judul lagunya bukan itu.
Tapi, Lirik Lirikan
Rada lengkapnya, Lirik lirikan oi oi / senggol senggolan.....
Genit genit anak sekarang
Baru dilirik katanya sayang
Nah.... bait ini , yang boleh jadi ada kaitannya dengan habis manis sepah dibuang.
Soalnya, di zaman masuk tol harus bayar dan kalau nggak bayar pasti dikejar petugas, banyak sekali anak gadis yang menurut sepengetahuan pak erte dan orangtuanya memang belum nikah, tapi ndilalahnya, perutnya sudah pada menggelembung.
Padahal bukan terserang penyakit cacingan, apalagi busung lapar.
Hal ini disebabkan lantaran awalnya, baru sebatas lirik lirikan malah sudah mengira si cowok sudah cinta dan sangat sayang. Perkiraan yang sembrono dan sangat keliru ini, membuat si gadis keliru dalam melangkah. Karena mengira cinta dan sayangnya si cowok beneran, dengan dan atas nama cinta, tanpa mikir soal risiko, si gadis lantas menyerahkan hal yang paling berharga bagi dirinya, tanpa sepengetahuan orangtua dan pak erte.
Akibatnya, yaa... menderita. Begitu tahu mahil, eh, hamil, si cowok bukannya bertanggung jawab dan berbahagia karena kreativitasnya saat berduaan membuahkan bayi, eh, malah langsung minggat. Kabur entah ke mana dan tak ada kabar berita.
Akhirnya, pada orangtua dan keluarga, si gadis yang jadi korban salah tafsir dari lirik lirikan, hanya bisa mengatakan, beginilah nasibku. Habis Manis Sepah Dibuang.
Karena malas menanggung beban berat dan ogah menanggung malu, maka, dengan diam diam dan tanpa sepengetahuan siapapun, yang kemudian dicari adalah dokter atau siapa pun yang secara sembunyi sembunyi membuka praktik aborsi.
Dan, begitulah salah satu bentuk peristiwa yang saat cerita berakhir, para korban hanya bisa bilang, " Yaa.. beginilah nasibku, Habis Manis Sepah Dibuang"
Untuk mencegah hal tersebut dan agar tak lagi menimpa siapa pun, khususnya para anak gadis, maka dihimbau agar jangan salah tafsir saat lirik lirikan. Dan jangan mengira cinta dan sayang dengan mata telanjang.
Sebab, cinta dan sayang, sesungguhnya bukan si cowok meminta bukti sebelum nikah dan si cewek memasrahkan dengan begitu saja dengan rasa bangga seolah olah cintanya megah. Sebab, cinta dan sayang itu justeru saling menjaga kehormatan dan baru setelah resmi menikah baru merasa diperkenankan menikmati cinta dan sayang.
Selebihnya, janganlah sampai di suatu saat nanti mengatakan Habis Manis Sepah Dibuang.
Sebab, yang patut diperlakukan seperti itu, hanya tebu.
Tebu, setelah dibawa ke pabrik gula dan diekploetasi, sepah atau ampasnya memang harus dibuang.
SEBENARNYA pepatah yang satu ini sama sekali nggak beda dengan pepatah lainnya. Artinya, bukan berarti bunyi ada artinya sama dengan semua pepatah. Tapi sebagai pepatah sangat mengandung filosofi yang dalam. Bukan berarti jatuh ke sumur dalam dan juga jangan diasumsikan tidak memakai celana dalam.
Sebab, pepatah yang satu ini nggak ada kaitannya dengan sumur dan gak ada hubungannya dengan celana dalam. Jadi, dalamnya tak lain karena makna bukan maknya, sebagaimana kebiasaan almarhum Basuki yang berperan sebagai mas Kardjo dalam sinetron Si Doel Anak sekolahan, yang selalu memanggil nyokap si Doel dan nyokap si Atun dengan maknyak.
Padahal, mas Kadjo tahu jelas, mak yang diperankan oleh Aminah Cendrakasih,dalam sinetron si Doel Anak Sekolahan yang kembali diputar oleh sebuah stasiun televisi swasta, mak itu ibunda di Doel dan Atun, adiknya. Bukan mak tukang minyak atawa mak yang anaknya berlebihan alias banyak.
Tapi, dalam lakonya di sinetron terbesut, eh, tersebut, mas Karjo nggak pernah mengucapkan dialog yang bunyinya, " Kok aku jadi korban habis manis sepah dibuang"
Bukan berarti penulis skenarionya atau para pemain dan kru tak tahu kalau ada pepatah berbunyi habis manis sepah dibuang.
Saya yakin, mereka tahu kalau Habis Manis Sepah Dibuang adalah salah satu dari sekian banyak pepatah yang sangat populer di Indonesia. Hanya, memang, popularitasnya tak pernah dianugerahi piala Vidia atawa Piala Citra. Bukan lantaran dianak-tirikan atau dilirik sebelah mata. Sebab, Koes Plues tak pernah menciptakan lagu bertajuk Melirik Dengan Sebelah Mata. Kalau pun ada lagu Koes Plus yang memuat kata lirik, judul lagunya bukan itu.
Tapi, Lirik Lirikan
Rada lengkapnya, Lirik lirikan oi oi / senggol senggolan.....
Genit genit anak sekarang
Baru dilirik katanya sayang
Nah.... bait ini , yang boleh jadi ada kaitannya dengan habis manis sepah dibuang.
Soalnya, di zaman masuk tol harus bayar dan kalau nggak bayar pasti dikejar petugas, banyak sekali anak gadis yang menurut sepengetahuan pak erte dan orangtuanya memang belum nikah, tapi ndilalahnya, perutnya sudah pada menggelembung.
Padahal bukan terserang penyakit cacingan, apalagi busung lapar.
Hal ini disebabkan lantaran awalnya, baru sebatas lirik lirikan malah sudah mengira si cowok sudah cinta dan sangat sayang. Perkiraan yang sembrono dan sangat keliru ini, membuat si gadis keliru dalam melangkah. Karena mengira cinta dan sayangnya si cowok beneran, dengan dan atas nama cinta, tanpa mikir soal risiko, si gadis lantas menyerahkan hal yang paling berharga bagi dirinya, tanpa sepengetahuan orangtua dan pak erte.
Akibatnya, yaa... menderita. Begitu tahu mahil, eh, hamil, si cowok bukannya bertanggung jawab dan berbahagia karena kreativitasnya saat berduaan membuahkan bayi, eh, malah langsung minggat. Kabur entah ke mana dan tak ada kabar berita.
Akhirnya, pada orangtua dan keluarga, si gadis yang jadi korban salah tafsir dari lirik lirikan, hanya bisa mengatakan, beginilah nasibku. Habis Manis Sepah Dibuang.
Karena malas menanggung beban berat dan ogah menanggung malu, maka, dengan diam diam dan tanpa sepengetahuan siapapun, yang kemudian dicari adalah dokter atau siapa pun yang secara sembunyi sembunyi membuka praktik aborsi.
Dan, begitulah salah satu bentuk peristiwa yang saat cerita berakhir, para korban hanya bisa bilang, " Yaa.. beginilah nasibku, Habis Manis Sepah Dibuang"
Untuk mencegah hal tersebut dan agar tak lagi menimpa siapa pun, khususnya para anak gadis, maka dihimbau agar jangan salah tafsir saat lirik lirikan. Dan jangan mengira cinta dan sayang dengan mata telanjang.
Sebab, cinta dan sayang, sesungguhnya bukan si cowok meminta bukti sebelum nikah dan si cewek memasrahkan dengan begitu saja dengan rasa bangga seolah olah cintanya megah. Sebab, cinta dan sayang itu justeru saling menjaga kehormatan dan baru setelah resmi menikah baru merasa diperkenankan menikmati cinta dan sayang.
Selebihnya, janganlah sampai di suatu saat nanti mengatakan Habis Manis Sepah Dibuang.
Sebab, yang patut diperlakukan seperti itu, hanya tebu.
Tebu, setelah dibawa ke pabrik gula dan diekploetasi, sepah atau ampasnya memang harus dibuang.
0 komentar:
Posting Komentar