ADA PINTU DI JENDELA
Oleh: Oesman Doank
EMPAT PULUH LIMA
Tapi, ketika isterinya kembali mencubit dan
lebih sakit dari cubitan pertamanya, sang suami langsung protes
“Mama apa-apaan, sih. Lagi asyik
keta wa, bukan tetap ngakak, malah nyubit. Cubitan mama, tuh, sakit, tau?”
“Maafin mama..soalnya..soalnya,
mama nggak tahan. Mau pipis. Cepat, pa. Kan, malu, ka lau sampai mama pipis di ranjang “
“Pa..saya juga minta tolong antar
pa. Nggak tahan, nii, kepingin pipis ?” permintaan pi pis, juga terdengar dari
penghuni ranjang di sebelahnya.
Bondan nggak nyangka, jika
gayanya , yang apa adanya, membuat dua ibu yang baru melahirkan, berbarengan
minta diantar suaminya ke tempat pipis. Untung, keduanya berjenis kela min
sama. Jika yang satu perempuan dan satunya lagi lelaki, pasti repot. Nah,
sejenis saja mereka ragu. Tapi, karena kedua suaminya sepakat, me ngijinkan isteri
masing-masing untuk sekamar mandi berdua.
“ Saya mohon maaf, pada bapak berdua.
Sumpah, saya tidak punya maksud apapun ter lebih niat membuat bapak-bapak
susah.,” Bon dan, bergegas menghampiri kedua pria yang ma sing-masing menunggu isterinya di pintu kamar mandi.
“Waah,
anda tidak salah apa-apa, kok. Ta di, kita malah bingung karena pak Sabar
nangis dan kemudian isterinya mewek. Sekarang, malah senang karena lagi susah malah
bisa ketawa”
“Iyaa,, dik. Benar, kok, nggak
apa-apa. Saya pribadi, malah senang. Nggak nyangka, di rumah sakit dapat
kesegaran dan kita bisa terta wa tanpa rencana “
“Itulah hebatnya boss saya, pak.
Hidup nya, selalu senang dan seharian ini, saya nggak pernah melihat boss saya susah.
Senang te ruuuuus “
“Aaah, semua ini, kan, gara-gara lu nge bohongin gue. Coba, kalau
gak bilang isteri lu le bih cakep dari Jupe, nggak mungkin gue berani ngomong
jujur “
“Boss.. suami yang mencintai
isterinya de ngan jujur, suami yang sayang isterinya dengan ikhlas, nggak
bakalan ikhlas kalau bilang isteri nya tidak cantik. Pokoknya, isteri saya itu,
lebih cantik dari isteri siapa pun. Iya, kan, pak ?”
“Saya pikir, setiap suami harus
bersikap seperti itu,” bapak berkaus hijau dan bercelana blue jeans, menanggapi
dengan cepat.
Tapi, bapak yang bercelana putih, dengan
baju koko dan memakai kopiah, baru
menjawab setelah berfikir sejenak
“ Kalau menurut saya, tergantung
dari ba gaimana setiap pribadi menilai kondisi isterinya
Sebab, melihat kecantikan harus
dari luar dan da ri dalam. Tidak bisa hanya dilihat dari satu aspek semata “
“Waah, maaf, pak. Bukan saya nggak
ter tarik dengan masalah ini. Cuma, saya takut ng gak kebagian waktu buat
nengok anaknya bang Sabar. Oh, iya, saya pamit dulu ke isteri abang. Baru antar
saya nengokin anak abang”
Bondan segera menuju ke ranjang
Ariya ni.Ia langsung minta izin karena takut kehabisan waktu buat melihat bayi
mereka.
“Boss… terima kasih banyak.
Tadinya, saya tidak percaya. Tapi, setelah diceritakan, bang Sabar, melihat bingkisan
dan melihat fakta lainnya, saya yakin, boss sangat baik. Terima ka sih, boss.
Semoga Allah membalas semua kebai kan boss. Selalu memberi karunia dan hidayah
pada boss. Saya dan bang Sabar, nggak tahu ba gaimana cara membalas semua
kebaikan boss pada kami. Huhuhuhuuuhuuhuuu….Yaa Allah, lindungilah dan
berikanlah kepada boss, Rahmat terbaik dari sisiMU “
Bondan, yang semula hanya ingin
pamit, menghargai isteri Sabar, yang kepingin sekali me meluknya. Bondan tak
ragu memeluk Ariyani , yang sesenggukan.
Bersambung