ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doank
TIGA PULUH SEMBILAN
Nama sang penumpang yang duduk gelisah di
hati Ariyani adalaj Tanda Tanya. Dan, Ariyani jelas mendengar suara hatinya
yang bilang : tumpukan uang itu milik siapa? Jika milik suaminya, dapat
darimana? Bagai mana cara mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat? Apakah
dapat di pertanggung-jawabkan, membuatnya aman atau malah mencelakakan?
Pertanyaan seperti ini, harus
diungkapkan Dan, Ariyani tak ingin menyimpan. Ia tak bisa membiarkan pertanyaan
yang menggeliat di nuraninya, terlantar karena pengaruh uang. Tentu Terlebih,
Sabar hanya tukang ojek. Selama meni kah, jangankan pernah menyimpan langsung
uang berjumlah jutaan. Dua juta kontan saja, belum pernah.
Tadi pagi saja, saat pamit mau
ngojek, sua minya yang nginap di rumah sakit,bisa senyum karena terpaksa. Ariyani tau, senyum
bang Sa bar, hanya sebatas untuk
menghibur dirinya yang sedang dirawat, agar
bisa dan bersedia te nang. Jika sorenya kembali datang, membesuk Ariyani, dan
bisa membawa setumpuk uang, pa tutkah dipercaya dengan begitu saja?
Melihat isterinya mulai menyuap dan
me ngunyah makanan yang dibawa, Sabar langsung bersyukur. Dalam hati, ia mengucap
Alhamdu lillah. Sabar lalu menarik nafas. Ia sudah merasa lega. Ingin segera
menjelaskan. Tapi, baru akan mulai bicara, ia mendengar suara.
“Maaf…jika kami mengganggu bapak dan
ibu. Kami mencari pak Sabar, yang nama isteri nya bu Ariyani, dirawat di ruang
nomor 313. Apakah saya bisa bertemu dengan pak Sabar ?”
Suara yang cukup keras dan jelas
terde ngar, membuat semua orang di ruang rawat no mor 313, termasuk Sabar dan
juga Ariyani, iste rinya, yang namanya langsung disebut dengan jelas, kontan
menoleh ke pintu masuk.
Ariyani dan Sabar, yang menoleh
berbare ngan, memperhatikan dua perempuan bersera gam karyawan kantin rumah
sakit, yang masih berdiri di pintu. Seorang membawa bingkisan berisi buah-buahan mahal. Temannya,
membawa bingkisan berisi peralatan bayi.
“Yaa, saya pak Sabar,” tanpa ragu,
Sabar menyahut. Ia yakin, yang dimaksud, pasti diri nya. Sebab, nama isterinya
juga disebut
Kedua karyawan berseragam, segera
meng hampiri pak Sabar, yang isterinya menempati ran jang paling ujung, dari
lima ranjang yang semua nya sudah terisi.
“ Benar bapak dan ibu bernama pak
Sabar dan bu Ariyani?” Tanya karyawan kantin yang membawa bingkisan buah.
“ Yaa, saya Sabar “ sahut Sabar, yang
lalu menoleh ke isterinya, dan ia
kembali menatap ke dua wanita karyawan kantin, sambil menjelaskan isterinya
yang sedang dirawat, bernama Ariyani.
“Maaf, yaa, pak. Kami hanya
memastikan. Jika bapak orangnya, kami hanya melaksanakan amanah, mengantar
kedua bingkisan ini untuk bapak “
“Iya, pak. Selamat ya, pak ?”
Karyawan yang membawa bingkisan peralatan bayi, segera menyodorkan bingkisan
yang dibawanya.
“Bing…bingkisan i....ini benar, untuk
saya? Dari siapa? ” Tanya Sabar yang tentu saja merasa sangat terkejut.
Itu sebabnya, Sabar tak berkenan untuk
langsung menerima bingkisan dari tangan sang karyawan kantin rumah sakit
Bersambung……….
0 komentar:
Posting Komentar