ADA
PINTU DI JENDELA
oleh :Oesman Doank
TIGA
PULUH TIGA
Sadar langsung
sungkurkan kepalanya, Ia bersujud ke lantai, bersyukur. Tangisnya
pecah. Tangis haru, tangis bahagia. Bondan, membuka tas yang
tergantung, diikat dipinggangnya. Meng ambil uang. Menghitung. Ia
membiarkan Sadar sesenggukan. Baru berhenti setelah Bondan usai
menghitung uang dan mengangkat tubuhnya.
“ Bang…tolong
terima uang ini, yaa. Tolong gunakan untuk bayar rumah sakit, agar
isteri dan anak abang bisa cepat dibawa pulang. Ingat yaa, bang. Gue
cuma bisa bantu buat bayar rumah sakit. Bukan buat foya-foya.
Gunakan baik-baik, ya, bang “
“Alhamdulillah
yaa Allaaah. Eng kau me mang Maha Suci. Maha Besar. Saat hambamu bi
ngung, kau datangkan boss yang baik hati untuk menolong hamba. Terima
kasih banget, boss. Terima kasih “
Bondan tidak
menggubris
“Duitnya, tolong
cepat diambil, bang. To long hitung, kalau kurang dari delapan juta,
bi lang aja. Setelah abang hitung, simpan baik-baik. Kalau abang
sudah tenang, kita segera cari mes jid. Kita shalat Dhuhur. Abang
imam saya mak mum, yaa?”
“Iya, iya, eh,
nggak boss. Boss saja yang jadi imamnya. Saya jadi makmumnya.
Soalnya, saya lagi terharu. Takut, nanti terus nangis, malah sho lat
saya jadi nggak konsen “
“Yaa, sudah, abang
jangan buang air mata te rus. Nanti, kalau habis, kan susah belinya.
Per cu ma punya duit kalau kita nggak punya air mata “
“Saya masih
kepingin nangis, boss. Sebab, sa ya benar-benar bahagia. Saya nggak
sangka, sete lah ketemu sama boss, Allah malah memberi sa ya
kemudahan dalam menyelesaikan masalah, “ ujar Sabar sambil terus
merapikan uang yang sudah dihitungnya
“Bagaimana, sekarang, sudah bisa apa belum jika kita cari mesjid?”
“Sangat bisa, boss. Uangnya, su dah saya hitung. Jumlahnya cukup.
Tidak kurang tidak lebih. Sekali lagi, ijinkan saya mengucap kan
terima kasih “
“Yaa, sama-sama. Tapi, gue minta sekali lagi, jangan terus-terusan
nangis. Ntar di sangka orang, gue habis ngegebukin si abang la gi“
“Sembarangan. Kalau ada yang be rani bilang begitu sama boss, biar
saya yang ha jar “
“Belagu lu bang. Mengeringkan air mata saja, lu belum bisa. Gimana
bisa ngeha jar orang? Makanya, lu stop deh tuh tangisan. Te rus kita
ke luar, cari mesjid “
Sabar berusaha menenangkan diri nya. Setelah dengan susah payah,
akirnya, ia berhasil nyetop tangisannya. Sabar lalu ngelap air
matanya. Baru ia merasa leluasa dan bisa mengeluarkan motor, dari
teras rumah, yang harga kontraknya sudah dibayar Bondan
Bersambung.....
0 komentar:
Posting Komentar