ADA PINTU DI JENDELA
oleh : Oesman Doank
EMPAT PULUH SATU
Namun Sabar
tak terus mengungkapkan kesalnya, karena dia mendengar suara.
“Pak,
maaf…kami harus bertugas. Kami bedua, permisi dulu, yaa ?”
Suara itu
berasal dari salah seorang karyawati kantin. Karyawati yang membawa
bingkisan buah-buahan, memberanikan diri untuk menyela tangisan
Sabar. Sebab, ia dan temannya tak mungkin bisa berlama lama di ruang
itu. Bagaimana pun, meraka lebih berpikir harus segera kembali ke
kantin untuk bekerja, timbang berlama-lama dan akibatnya malah kena
tegur atasan.
Sabar yang
sejak tadi menghadap ke din ding, menoleh. Sambil terus menangis, ia
mena tap kedua karyawan kantin. Sesaat kemudian, ia bergegas membuka
resleting tas pinggangnya. Mengambil selembar ratusan ribu rupiah.
Kedua karyawan
kantin rumah sakit, ma kin bingung, karena Sabar yang terus menangis
menyodorkan uang ke mereka. Isteri Sabar, juga heran, karena suaminya
memberi selembar ra tusan ribu rupiah, tapi ia tak berani mencegah.
Dan keheranan, menjalar ke semua orang yang ada dalam ruang rawat
“Kalian
tidak boleh pergi, kecuali setelah menerima uang ini “
“ Bukan
apa-apa, pak. Karena menggang gu ketenangan pasien lainnya,terpaksa,
kita lapor kan ke satpam”
“Hahahahaha,
aneh, ya? Oh iya, sekarang begini saja. Bingkisannya, kan, sudah saya
ba yar. Yang belum, kopi dan beberapa kue yang sa ya makan dari
piring ini. Oooh, hampir saya lu pa. Tadi, saya minta tambah kopi.
Kopinya jadi dua gelas.”
Niken
berinisiatif, bergegas ke kasir, am bil bon. Julia, berinisiatif
merapikan meja. Tak la ma, Niken sudah kembali, menyodorkan bon ke
Bondan.
“Waduuuh,
saya nggak punya dua ribu rupiah, nih? Pinjam dulu dua ribu, boleh,
nggak, yaa?”
Niken dan
Julia, tak mikir panjang. Mere ka malah rebutan mengeluarkan uang
receh dua ribu rupiah. Membuat Bondan jadi simpatik.
“Cuma dua
ribu, saya ada, pak “ kata Niken.
“Pakai yang
punya saya saja, pak,” usul Julia, yang juga berharap Bondan
memakai uang recehnya.
“Kalau
begitu, saya pinjam dari mbak ini seribu, dari mbak ini, juga seribu.
Oke ?”
Bondan
mengambil selembar uang ribuan dari Julia, selembar lagi dari Niken.
Ia menya tukan dualembar ribuan dengan selembar lima pu luh ribuan,
dari saku kirinya. Bondan lalu, mero goh saku kanannya, dan mengambil
dua lembar ratusan ribu rupiah.
“Nah..yang
ini, tolong bayar buat kopi dan makanan yang saya sudah makan. Dan,
yang ini, hadiah dari saya buat kalian. Sekarang, saya permisi karena
saya ingin dan harus segera naik ke lantai tiga. Terima kasih banyak
yaa sudah banyak membantu saya, “
Bondan
bergegas meninggalkan kantin.
Ia ingin segera
ketemu dengan isteri Sabar dan bayinya. Bondan tak memperhatikan,
Julia dan Niken saling pandang, senang, girang, dan, ke duanya
spontan sesenggukan
“Tadi, gue
kesel, bingung ngeliat ulah pak Sabar, yang kita anterin bingkisan,
bukan senang malah jejoakan. Sekarang, gue baru nya dar,
kenapa pak Sabar nggak malu nangis di depan umum. Huhuhuhuhuhuu Tuh
cowok baik banget, sih ? “
Bersambung.......
0 komentar:
Posting Komentar