ADA PINTU DI JENDELA
Oleh : Oesman Doank
EMPAT PULUH TIGA
Ariyani
bergegas memutar tubuhnya. Niatnya hanya sebatas membalikkan tubuh agar dapat
melihat apakah suaminya, Sabar, memenuhi permintaannya yang ingin ketemu boss atau
malah sebaliknya. Jika yaa, dia pasti sudah bergerak dari tempatnya untuk
meninggalkan Ariyani karena harus segera membawa Bondan ke ruang di mana
Ariyani dirawat.
Saat
itulah, Bondan yang sejak tadi berdiri dan tidak mau mengganggu, tersenyum
padanya. Senyum yang tak hanya terlihat indah. Tapi juga tertangkap sangat ramah
Tentu saja Ariyani jadi gelagapan. Maklum, ia baru saja berhenti
menangis. Karena tak tahu harus berbuat apa, ia yang sudah menghadap ke suaminya,
spontan mendorong Sabar dan memberi isyarat kepada suaminya.
Sabar langsung menoleh. Kini, Sabar meli hat jelas, siapa
yang berdiri di depan matanya. Sabar gugup setengah mati. Tapi, Bondan malah
biasa saja. Malah, menciptakan suasana yang bi sa membuat Sabar bebas dari
beban
“ Su…sudah lama, boss?”
“Yaa, kalau di sini, baru dua hari. Di kan tin,
lama juga, sih. Kayaknya, mungkin sekitar tidak ada seminggu atau kurang dari tujuh
hari “
“Si Boss bisa saja. Maunya becanda
dan nggak pernah mau kelihatan susah “
“Ja..ja..jadi…ini…” Ariyani yang tadi ma lu, gugup, meski makin kelihatan gugup, berusa ha
bicara.
Meski tidak melanjutkan kalimatnya,
Ari yani yakin, yang berdiri di hadapannya adalah so sok yang sudah atau baru
saja diceritakan langsung oleh suaminya
“ Ya, ini dia, boss, yang tadi abang
cerita kan. Lihat, benar, kan? Orangnya sederhana, gan teng dan nggak pernah
kelihatan susah “
“ Lu kalau ngomong jangan berlebihan.
Gue, kan, waktu pertama mau naik ojek bilang, nama gue bukan boss. Tapi,
Bondan. “
“ Iyaa, boss. Saya tuh sudah cerita
sama is teri saya, nama boss, memang Bondan. Tapi, sa ya harus tetap manggil
boss, karena sudah kebia saan. Iya, kan, Ni “
“I..i..iya, boss”
“Tuuh, kan, isteri saya saja, meski
sudah saya bilang Bondan, tetep manggil boss Padahal, saya nggak nyuruh dan
sama sekali tak menginti midasinya boss?”
“Yaa, terserah lu aja, deh, bang.
Sekarang,
Ayo kita ke ruang rawat isteri
lu. Gue kan tadi bi lang sama lu, mau bezuk dan mau kenal sama is teri lu “
Bondan kontan tertegun.
Begitu pun isteri Sabar
0 komentar:
Posting Komentar