oleh : Oesman Doank
BUKAN hal aneh kalo ada pepatah yang berbunyi: Biarkan Anjing Menggonggong Kafilah Tetap Berlalu.
Kenapa harus disimpulkan bukan hal aneh? Pertama, karena kan Anjing punya hak untuk menggonggong. Entah karena saat menggonggong dia lapar atau saat itu dia menggonggong karena ada tamu tak diundang alias pencuri bin maling yang akan melakukan kejahatan di rumah majikan.
Nah, saat seperti itu, hak sang anjing untuk menggonggong. Jika karena alasan lapar, dia berharap majikannya segera memberinya makan dan akhirnya dia diam karena perutnya kenyang
Saat ada tamu tak diundang, dia berhak memperlihatkan dedikasinya kepada sang majikan, sehingga akibat suara gonggongannya yang khas, di satu sisi majikannya terbangun sedangkan di sisi lain sang pencuri alias maling langsung minggat, melarikan diri karena jika tetap melaksanakan niatnya melakukan kreativitas (memindahkan barang orang lain ke rumahnya) sama artinye membiarkan dirinya menempuh bahaya dengan risiko ditangkap.
Begitu sang majikan tahu piaraannya telah menyelamatkan dia dan keluarga dari sang pencuri yang batalkan aksi, boleh jadi, sang majikan menyatakan salut kepada piaraannya, dan meski pernyataan salutnya diungkapkan lewat bahasa yang biasa digunakan manusia, sang anjing pasti mengerti kalau upayanya diapresiasi dengan baik. Sebagai tanda terima kasih, dia pasti kembali menyalak. Hanya, kali ini , gonggongannya, tak seribet dan tak seribut saat menggonggong sang maling.
Hanya, tahukah sang anjing jika di saat lain, ia bisa saja kembali menggonggong. Namun, sama sekali tak dianggap, karena para kafilah yang kebetulan ingin lewat, tetap saja berlalu. Para kafilah cuwek dan tak hendak kabur, karena bukan sebagai tamu tak diundang. Tapi sebagai sosok yang memang harus lewat dan kebetulan melewati rumah atau tempat yang ada sang hewan.
Jadi, tak salah jika ketika ada anjing menggonggong, kita pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh para kafilah. Kita terus saja melangkah, berlalu. Kalau perlu dan kalau masih ingat akan lebih baik bila sambil menyanyikan sebuah lagu berjudul Badai Pasti Berlalu.
Lalu apa yang dapat kita simpulkan dari sebuah pepatah berbunyi BIARKAN ANJING MENGGONGGONG KAFILAH TETAP BERLALU?
Kesimpulannya? Terserah anda. Jika ingin sekedar menyimpulkan doang atau menyimpulkan saja, sama sekali tak dilarang. Bahkan, tak akan terjerat hukum. Sebab, menyimpulkan sebuah pepatah sangat beda dengan membuat simpul dari tali. Jika pepatah, mengandung arti yang bisa dalam juga bisa cetek. Kalau tali yang disimpukan yaa, berarti sudah bisa mengikat barang dengan baik.
Tapi, bila anda kepingin menyimpulkan banget, berarti banyak hal yang bisa diapresiasi. Tapi, apresiasinya tidak perlu kebangetan. Sebab, kalau apresiasinya sangat banget dan kebangetan, biasanya, janganan orang lain. Diri sendiri saja, bisa bisa malah tak engerti.
Seperti yang saya rasakan sekarang ini.
Sumpah, saya sendiri sebenarnya tak mengerti apa telah, sudah dan belum saya uraikan Apalagi hal yang berkait erat dengan oeoatah itu sendri. Sebab, ketika pepatah itu sendirian dan saya tidak menyapa atau mengajak makan siang, pepatah tersebut pasti merasa kesepian
Yang penting, kita tak merasa kesepian.
Karena gembira dan bahagia dalam sepi adalah sebuah keniscayaan.
Yang penting, jangan serius membacanya.
0 komentar:
Posting Komentar